Pernahkah Anda dihadapkan pada situasi di mana seseorang yang Anda bimbing mengalami krisis? Sebagai seorang pemimpin, baik di lingkungan sekolah, organisasi, maupun komunitas, Anda mungkin pernah menemui momen di mana anggota tim Anda membutuhkan arahan dan dukungan untuk mengatasi masalah yang rumit.
Daftar Isi:
Kisah Pak Rino, sang Guru Pembina OSIS, menjadi contoh nyata bagaimana seorang pemimpin dapat membantu anggotanya melewati masa sulit. Pada suatu hari, Pak Rino dihadapkan pada situasi yang tidak terduga: Bendahara OSIS, Tantri, tidak sengaja kehilangan uang kas organisasi. Kejadian ini tentu saja menimbulkan kepanikan dan rasa bersalah bagi Tantri.
Baca juga: Studi Kasus Pembelajaran Sosial Emosional Pak Rino dan Tantri
Sebagai pemimpin yang bijaksana, Pak Rino tidak langsung menyalahkan atau menghakimi Tantri. Dia memahami bahwa kehilangan uang adalah sebuah kecelakaan yang bisa terjadi pada siapa saja. Alih-alih berasumsi, Pak Rino memilih untuk mendengarkan Tantri dengan penuh perhatian dan mencari solusi bersama-sama.
Kisah Pak Rino dan Tantri ini menjadi pengingat penting bagi para pemimpin tentang pentingnya keterampilan coaching dalam membimbing anggota tim. Dengan menerapkan teknik mendengarkan aktif dan menghindari asumsi, seorang pemimpin dapat membantu individu mengatasi permasalahan dengan lebih efektif dan membangun rasa kepercayaan dalam tim.
Di artikel ini, kita akan menyelami teknik coaching yang digunakan Pak Rino untuk membantu Tantri. Kita akan belajar bagaimana mengadakan percakapan yang terbuka dan suportif dengan anggota tim yang mengalami kesulitan, serta mendorong mereka untuk menemukan solusi dari dalam diri mereka sendiri.
Mari kita simak kisah Pak Rino dan Tantri lebih lanjut untuk mempelajari seni kepemimpinan yang efektif dan penuh empati!
Soal Lengkap
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak.
Ada beberapa hal yang biasanya menghambat kita untuk menjadi pendengar aktif, salah satunya adalah “asumsi” (sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi yang belum tentu benar).
Manakah dari pernyataan berikut ini yang dapat dilakukan Coach dalam mengatasi permasalahan tersebut?
a. “Sepertinya Bapak lemes banget menyampaikan masalah tersebut. Saya melihatnya seperti itu.”
b. “Barusan Ibu katakan kalau Ibu merasa buntu. Buntu yang seperti apa yang Ibu maksud? Bisa di ceritakan?”
c. “Kelihatanya ibu sangat antusias sekali ketika membahas topik tersebut. Apakah betul seperti itu Bu?”
d. “Barusan saya melihat ibu sepertanya yang sudah prustasi dan mau menyerah. Menurut hemat saya tetep semangat ya Bu”.
e. “Dari apa yang barusan Bapak ceritakan, saya menangkap ada rasa putus asa dalam diri bapak. Apakah betul seperti itu Pak?”
Pertanyaan yang Sering Muncul di Ujian Guru Penggerak
Pertanyaan ini memang sering muncul dalam ujian post-test dan pretest Guru Penggerak. Bagi kalian yang penasaran dengan jawabannya, simak pembahasan berikut ini!
Memahami Permasalahan dengan Mendengarkan Aktif
Kunci utama dalam coaching yang efektif adalah keterampilan mendengarkan aktif. Artinya, coach harus benar-benar memahami apa yang disampaikan klien tanpa terhalang oleh asumsi atau prasangka pribadi.
Baca juga: Tindakan Pak Rino Adalah Contoh Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional yang Tepat, Karena?
Mengatasi Hambatan Asumsi
Salah satu hambatan utama dalam mendengarkan aktif adalah asumsi. Seringkali, kita memiliki anggapan tertentu tentang situasi yang dihadapi klien, padahal anggapan tersebut belum tentu benar. Hal ini dapat menghambat proses coaching dan membuat klien merasa tidak dipahami.