Agama Hindu

Pengertian Banten Seselat Cara Membuat dan Manfaat

×

Pengertian Banten Seselat Cara Membuat dan Manfaat

Sebarkan artikel ini

Saat Jumat atau Sukra Wuku Wayang, sebagian umat Hindu di Bali membuat upacara maseselat. Upacara meseselat biasanya dilaksanakan di sanggah atau merajan, baik di sumur dan lain-lainnya.

“Banten seselat intinya dibuat dari bermacam kayu yang berduri, atau macam-macam duri-durian seperti pandan wong, atau pandan berduri,” ujar Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kepada Tribun Bali, Selasa 10 Agustus 2021.

Itu diambil dari cabang pohon bekul, batang pohon bunga mawar, dan lain sebagainya. Kemudian diikat jadi satu dengan benang tridatu. Sedangkan daun pandan diolesi dengan pamor (gamping), lalu digambar bentuk silang atau disebut tapak dara sebagai simbol permohonan perlindungan.

“Jadi, seselat adalah dibuat sebagai permohonan untuk menghindari dari masuknya roh-roh jahat atau aura negatif ke dalam rumah. Sehingga seselat berfungsi sebagai penangkal masuknya roh jahat dan aura negatif lainnya,” kata beliau.

Setelah banten seselat dibuat pada hari Jumat Wayang, lalu ditaruh di depan setiap palinggih di merajan dan di sumur. Besoknya pagi-pagi sekali pada hari Sabtu Wayang yang dikenal dengan nama Tumpek Wayang, semua seselat yang telah diletakkan hari Jumat kemarin, lalu dikumpulkan dan ditaruh di lebuh rumah.

“Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali mengimbau masyarakat Bali untuk memasang seselat. Diletakkan di angkul-angkul atau lebuh di depan pekarangan rumah. Kemudian dibiarkan terpasang selama 42 hari atau abulan pitung dina,” jelas Jero Rudra Agni, praktisi tantra, kepada Tribun Bali, Senin 9 Agustus 2021.

Seselat ini sudah menjadi warisan kearifan lokal sejak dahulu, khususnya saat ada wabah penyakit, layaknya pandemi akibat virus Covid-19 seperti saat ini. Fungsi dan tujuan seselat ini agar terhindar dari wabah, upas, sasab, merana, hingga grubug atau gering agung.

BACA JUGA:  Rangkaian Upacara Hari Raya Banten Saraswati

“Jadi, saat pandemi seperti ini sangat pas sekali kita memasang seselat,” katanya. Atau kembali ke ajaran leluhur.

Lanjut praktisi supranatural ini, makna sesungguhnya dari seselat adalah untuk melindungi agar terhindar dari bahaya atau ancaman khususnya yang berbentuk niskala maupun sekala. Selain itu bahannya pun simpel dan bisa diambil dari alam.

Pertama siapkan, pucuk daun pandan berduri. Daun pandan berduri ini melambangkan Tri Kona, yaitu Utpeti, Stiti, dan Pralina. Lalu ada pamor sebagai lambang Siwa, lambang keseimbangan.

Benang tridatu, sebagai simbol dari tiga guna manusia, yaitu sattwa, rajas, dan tamas.

Sattwa melambangkan kebaikan, kejujuran, dan kemurnian.

Rajas melambangkan hasrat, ambisi, dan keinginan.

Sedangkan tamas melambangkan ketidakmurnian, ketidakjujuran, dan ketidakberdayaan.

Ketiga guna ini harus seimbang dalam kehidupan manusia agar mencapai keselarasan.

Setelah semua bahan tersedia, langkah berikutnya adalah mengikat semua bahan menjadi satu dengan benang tridatu.

Setelah itu, tapak dara yang telah digambar pada daun pandan diolesi dengan pamor, lalu dipasang di depan pintu masuk atau di angkul-angkul sebagai simbol permohonan perlindungan.

Seselat ini dipercaya sebagai penangkal masuknya roh jahat dan aura negatif lainnya, serta sebagai sarana untuk melindungi diri dari bahaya atau ancaman niskala maupun sekala.

Oleh karena itu, dalam situasi pandemi seperti saat ini, memasang seselat dapat membantu masyarakat untuk terhindar dari wabah dan penyakit.

Seselat bukan hanya sekedar tradisi atau kebiasaan, tapi juga memiliki makna dan filosofi yang dalam dalam kehidupan manusia.

Sebagai warisan kearifan lokal, kita seharusnya melestarikan dan menghargai keberadaan seselat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *