Agama BuddhaAgama HinduAgama IslamAgama KonghucuAgama Kristen

Inilah 5 Negara dengan Tingkat Religiusitas Tertinggi di Dunia

×

Inilah 5 Negara dengan Tingkat Religiusitas Tertinggi di Dunia

Sebarkan artikel ini

FOKUS INDONESIA – Religi atau agama adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Agama memberikan panduan moral, nilai-nilai, dan makna hidup bagi banyak orang di seluruh dunia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi, dan globalisasi, banyak orang yang mulai meninggalkan agama atau menjadi tidak religius. Apakah hal ini juga terjadi di Indonesia?

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan sekitar 87% dari total 270 juta penduduknya beragama Islam. Selain itu, Indonesia juga memiliki keragaman agama yang luar biasa, dengan enam agama resmi yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang toleran dan menghormati kebebasan beragama.

Namun, apakah Indonesia masih termasuk negara religius di dunia? Bagaimana perbandingannya dengan negara-negara lain yang juga memiliki populasi beragama besar? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas di Indonesia? Bagaimana dampaknya bagi masyarakat dan negara?

Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan data dan fakta terbaru dari berbagai sumber terpercaya. Artikel ini juga akan memberikan gambaran tentang negara-negara lain yang masih religius di dunia dan apa yang membuat mereka begitu.

Apa Itu Religiusitas?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang Indonesia dan negara-negara religius lainnya, kita perlu memahami apa itu religiusitas. Religiusitas adalah ukuran seberapa kuat seseorang berkomitmen pada agama atau keyakinannya. Religiusitas dapat diukur dari berbagai aspek, seperti:

  • Kepercayaan: seberapa yakin seseorang terhadap doktrin atau ajaran agamanya.
  • Ibadah: seberapa sering seseorang melakukan ritual atau praktik agamanya.
  • Identitas: seberapa penting agama bagi seseorang dalam menentukan jati dirinya.
  • Nilai: seberapa sesuai perilaku seseorang dengan norma atau etika agamanya.
  • Partisipasi: seberapa aktif seseorang terlibat dalam komunitas atau organisasi agamanya.

Tentu saja, tidak ada ukuran yang pasti atau objektif untuk menentukan seberapa religius seseorang. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk menghayati agamanya. Selain itu, religiusitas juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan psikologis.

Bagaimana Tingkat Religiusitas di Indonesia?

Untuk mengetahui tingkat religiusitas di Indonesia, kita dapat melihat beberapa survei atau penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga nasional maupun internasional. Berikut adalah beberapa temuan menarik dari survei-survei tersebut:

  • Menurut Pew Research Center, sebuah lembaga riset nonpartisan asal Amerika Serikat, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan tingkat komitmen agama tertinggi di dunia pada tahun 2018. Survei ini melibatkan 35 negara dan mengukur komitmen agama dari empat indikator: kehadiran ibadah, doa harian, pentingnya agama, dan keyakinan akan Tuhan. Indonesia memiliki skor rata-rata 8,5 dari 10, hanya kalah dari Ethiopia (8,9), Filipina (8,6), dan Nigeria (8,6).
  • Menurut Global Religious Landscape, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pew Research Center pada tahun 2012, Indonesia memiliki persentase penduduk yang terafiliasi dengan agama tertinggi di dunia, yaitu 99,9%. Artinya, hampir semua penduduk Indonesia mengaku beragama atau memiliki keyakinan tertentu. Laporan ini melibatkan 232 negara dan wilayah dan menggunakan data sensus atau survei terbaru yang tersedia pada saat itu.
  • Menurut World Values Survey (WVS), sebuah jaringan global peneliti sosial yang melakukan survei tentang nilai-nilai dan sikap masyarakat di berbagai negara, Indonesia memiliki skor religiusitas tertinggi di Asia pada gelombang keenam surveinya yang dilakukan pada tahun 2010-2014. Survei ini melibatkan 60 negara dan mengukur religiusitas dari tiga indikator: pentingnya Tuhan, pentingnya agama, dan kehadiran ibadah. Indonesia memiliki skor rata-rata 9,2 dari 10, jauh di atas rata-rata Asia yang hanya 5,2.
  • Menurut Indonesian Political Indicator (IPI), sebuah lembaga survei nasional yang berfokus pada isu-isu politik dan sosial di Indonesia, Indonesia memiliki tingkat kepercayaan terhadap agama tertinggi di antara negara-negara ASEAN pada tahun 2019. Survei ini melibatkan enam negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Survei ini mengukur kepercayaan terhadap agama dari dua indikator: keyakinan akan kebenaran agama sendiri dan keyakinan akan adanya Tuhan. Indonesia memiliki skor rata-rata 4,6 dari 5, sedangkan rata-rata ASEAN hanya 3,7.
BACA JUGA:  Teks Khutbah Jumat yang Menyentuh Hati: Bagaimana Menjadi Muslim yang Baik di Zaman Modern

Dari beberapa survei atau penelitian di atas, kita dapat melihat bahwa Indonesia memiliki tingkat religiusitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia maupun di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa agama masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas di Indonesia?

Tentu saja, tingkat religiusitas di Indonesia tidak terjadi begitu saja tanpa alasan. Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas di Indonesia, baik dari segi historis, sosial, budaya, politik, maupun ekonomi. Berikut adalah beberapa faktor-faktor tersebut:

Sejarah:

Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya tentang agama. Sejak zaman pra-Islam hingga masa kolonialisme Belanda dan Jepang, berbagai agama dan kepercayaan telah berkembang dan bercampur di nusantara. Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13 dan menjadi agama mayoritas sejak abad ke-16.

Kristen masuk ke Indonesia sejak abad ke-16 melalui para misionaris Eropa. Hindu dan Buddha telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno seperti Majapahit dan Sriwijaya. Konghucu masuk ke Indonesia sejak abad ke-15 melalui para pedagang Tiongkok.

Selain itu, masih ada banyak aliran atau paham keagamaan lain yang lahir di Indonesia, seperti Kejawen, Sunda Wiwitan, Aliran Sesat dan Aliran Sesat lainnya.

Sosial:

Agama juga berperan sebagai sarana sosial bagi masyarakat Indonesia. Agama membentuk identitas kelompok atau komunitas yang saling berinteraksi dan bersolidaritas. Agama juga menjadi sumber dukungan sosial bagi individu yang menghadapi masalah atau kesulitan hidup. Agama juga menjadi media komunikasi dan kerjasama antara individu atau kelompok yang berbeda latar belakang atau pandangan.

Budaya:

Agama juga berpengaruh pada budaya Indonesia. Agama memberikan warna dan ciri khas pada seni, sastra, musik, arsitektur, pakaian, makanan, dan tradisi Indonesia. Agama juga menjadi sumber inspirasi dan kreativitas bagi para seniman dan budayawan Indonesia. Agama juga menjadi bagian dari kearifan lokal dan warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan.

Politik:

Agama juga berdampak pada politik Indonesia. Agama menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi politik, ideologi, partisipasi, dan pilihan masyarakat Indonesia. Agama juga menjadi isu yang sensitif dan kontroversial dalam politik Indonesia. Agama sering dimanfaatkan atau disalahgunakan oleh para elit politik untuk mendapatkan dukungan atau menggiring opini publik. Agama juga menjadi sasaran atau korban dari konflik atau kekerasan politik yang terjadi di Indonesia.

Ekonomi:

Agama juga berhubungan dengan ekonomi Indonesia. Agama memberikan panduan atau etika ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Agama juga menjadi motivasi atau dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk berusaha atau berkarya. Agama juga menjadi sumber atau peluang ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Agama juga menjadi faktor yang mempengaruhi distribusi atau kesenjangan ekonomi di Indonesia.

Dari beberapa faktor-faktor di atas, kita dapat melihat bahwa agama memiliki peran yang sangat besar dan kompleks dalam kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Agama tidak hanya menjadi urusan pribadi atau spiritual, tetapi juga menjadi urusan publik atau sosial.

Bagaimana Perbandingan Indonesia dengan Negara-Negara Religius Lainnya?

Setelah mengetahui tingkat religiusitas di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kita dapat membandingkannya dengan negara-negara lain yang juga memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Berikut adalah lima negara yang masih religius di dunia menurut survei Pew Research Center tahun 2018:

Ethiopia:

Negara ini memiliki skor komitmen agama tertinggi di dunia, yaitu 8,9 dari 10. Ethiopia adalah negara dengan penduduk Kristen Ortodoks terbesar kedua di dunia setelah Rusia, dengan sekitar 43% dari total 112 juta penduduknya. Selain itu, Ethiopia juga memiliki penduduk muslim yang besar, yaitu sekitar 34%. Ethiopia memiliki sejarah agama yang panjang dan unik, dengan klaim sebagai salah satu negara Kristen tertua di dunia dan tempat penyimpanan Tabut Perjanjian.

BACA JUGA:  Santet dalam Pandangan Ilmu Psikologi

Filipina:

Negara ini memiliki skor komitmen agama tertinggi kedua di dunia, yaitu 8,6 dari 10. Filipina adalah negara dengan penduduk Katolik terbesar kelima di dunia, dengan sekitar 81% dari total 108 juta penduduknya. Selain itu, Filipina juga memiliki penduduk muslim yang signifikan, yaitu sekitar 6%. Filipina memiliki pengaruh agama yang kuat dari penjajahan Spanyol selama lebih dari 300 tahun dan hubungan dekat dengan Amerika Serikat.

Nigeria:

Negara ini memiliki skor komitmen agama tertinggi ketiga di dunia, yaitu 8,6 dari 10. Nigeria adalah negara dengan penduduk muslim terbesar ketujuh di dunia, dengan sekitar 51% dari total 201 juta penduduknya. Selain itu, Nigeria juga memiliki penduduk Kristen yang besar, yaitu sekitar 47%. Nigeria memiliki keragaman agama yang besar, dengan lebih dari 250 kelompok etnis dan bahasa yang berbeda-beda.

India:

Negara ini memiliki skor komitmen agama tertinggi keempat di dunia, yaitu 8,5 dari 10. India adalah negara dengan penduduk Hindu terbesar di dunia, dengan sekitar 80% dari total 1,4 miliar penduduknya. Selain itu, India juga memiliki penduduk Muslim terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, yaitu sekitar 14%. India memiliki sejarah dan tradisi agama yang sangat kaya dan beragam, dengan berbagai aliran, sekte, dan filsafat yang berasal dari India.

Pakistan:

Negara ini memiliki skor komitmen agama tertinggi kelima di dunia, yaitu 8,4 dari 10. Pakistan adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar ketiga di dunia, dengan sekitar 96% dari total 220 juta penduduknya. Selain itu, Pakistan juga memiliki penduduk Hindu, Kristen, Sikh, dan Buddha yang minoritas. Pakistan memiliki identitas agama yang kuat, dengan Islam sebagai dasar negara dan konstitusi.

Dari lima negara di atas, kita dapat melihat bahwa mereka memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia dalam hal religiusitas, seperti:

  • Mereka memiliki populasi beragama yang besar dan mayoritas.
  • Mereka memiliki keragaman agama yang tinggi dan berbagai kelompok minoritas.
  • Mereka memiliki sejarah dan pengaruh agama yang panjang dan kuat.
  • Mereka memiliki peran agama yang penting dalam aspek-aspek sosial, budaya, politik, dan ekonomi.

Namun, mereka juga memiliki beberapa perbedaan dengan Indonesia dalam hal religiusitas, seperti:

  • Mereka memiliki skor komitmen agama yang lebih tinggi dari Indonesia.
  • Mereka memiliki agama mayoritas yang berbeda dari Indonesia.
  • Mereka memiliki tantangan atau masalah agama yang berbeda dari Indonesia.

Bagaimana Dampak Religiusitas bagi Indonesia?

Religiusitas di Indonesia tentu saja memiliki dampak positif maupun negatif bagi masyarakat dan negara. Berikut adalah beberapa dampak religiusitas bagi Indonesia:

Positif:

Religiusitas dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara Indonesia, seperti:

  • Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan fisik individu, seperti kebahagiaan, harapan, kesehatan, dan umur panjang.
  • Meningkatkan kohesi sosial dan integrasi nasional antara kelompok-kelompok beragama yang berbeda.
  • Meningkatkan partisipasi politik dan demokrasi dari masyarakat sipil yang berbasis agama.
  • Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari sektor-sektor ekonomi yang berbasis agama, seperti zakat, wakaf, filantropi, koperasi, mikrofinansial, dan lain-lain.
  • Meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian dari lembaga-lembaga pendidikan dan ilmiah yang berbasis agama.
  • Meningkatkan kearifan lokal dan pelestarian lingkungan dari nilai-nilai agama yang menghargai alam dan makhluk hidup.

Negatif:

Religiusitas juga dapat menimbulkan risiko atau tantangan bagi masyarakat dan negara Indonesia, seperti:

  • Menurunkan toleransi dan pluralisme antara kelompok-kelompok beragama yang berbeda atau bertentangan.
  • Menurunkan rasionalitas dan kritisisme terhadap doktrin atau ajaran agama yang tidak sesuai dengan realitas atau ilmu pengetahuan.
  • Menurunkan hak asasi manusia dan kebebasan sipil dari kelompok-kelompok minoritas atau marginal yang diskriminasi atau persekusi karena agama atau keyakinannya.
  • Menurunkan stabilitas politik dan keamanan nasional dari konflik atau kekerasan yang dipicu atau dimotivasi oleh agama atau ideologi.
  • Menurunkan efisiensi ekonomi dan kesejahteraan sosial dari praktik-praktik korupsi, nepotisme, kolusi, atau eksploitasi yang dilakukan oleh para elit agama atau organisasi keagamaan.
  • Menurunkan inovasi dan kemajuan teknologi dari hambatan-hambatan atau larangan-larangan agama terhadap penemuan atau pengembangan baru.
BACA JUGA:  Kesesatan Syiah: Perspektif Kritik dan Tanggapan

Dari beberapa dampak di atas, kita dapat melihat bahwa religiusitas di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang kompleks dan dinamis.

Religiusitas di Indonesia bukanlah sesuatu yang statis atau monolitik, tetapi sesuatu yang berubah atau bervariasi tergantung pada konteks atau situasi.

Religiusitas di Indonesia juga bukanlah sesuatu yang hitam atau putih, tetapi sesuatu yang memiliki nuansa atau spektrum. Religiusitas di Indonesia juga bukanlah sesuatu yang absolut atau final, tetapi sesuatu yang relatif atau proses.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa poin penting, yaitu:

  • Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat religiusitas tertinggi di dunia, dengan sekitar 99,9% penduduknya terafiliasi dengan agama atau keyakinan tertentu.
  • Indonesia memiliki keragaman agama yang luar biasa, dengan enam agama resmi yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain itu, masih ada banyak aliran atau paham keagamaan lain yang lahir di Indonesia.
  • Religiusitas di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sejarah, sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Religiusitas di Indonesia juga memiliki dampak positif maupun negatif bagi masyarakat dan negara.
  • Religiusitas di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang kompleks dan dinamis. Religiusitas di Indonesia bukanlah sesuatu yang statis atau monolitik, tetapi sesuatu yang berubah atau bervariasi tergantung pada konteks atau situasi. Religiusitas di Indonesia juga bukanlah sesuatu yang hitam atau putih, tetapi sesuatu yang memiliki nuansa atau spektrum. Religiusitas di Indonesia juga bukanlah sesuatu yang absolut atau final, tetapi sesuatu yang relatif atau proses.

FAQ

Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang sering diajukan tentang religiusitas di Indonesia:

Apakah agama wajib bagi warga negara Indonesia?

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (1), negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Artinya, agama tidak wajib bagi warga negara Indonesia, tetapi merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi oleh negara.

 Apakah ada agama resmi di Indonesia?

Tidak ada agama resmi di Indonesia. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (2), negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, negara mengakui adanya Tuhan sebagai sumber hukum dan nilai tertinggi, tetapi tidak menetapkan agama tertentu sebagai agama negara. Negara bersikap netral terhadap semua agama dan memberikan perlindungan yang sama kepada semua pemeluk agama.

Apakah ada diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama di Indonesia?

Sayangnya, masih ada diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama di Indonesia. Diskriminasi ini dapat berupa hukum, kebijakan, praktik, atau perilaku yang merugikan atau mengancam hak-hak kelompok minoritas agama. Diskriminasi ini dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, atau kelompok-kelompok radikal. Diskriminasi ini dapat berdampak pada kekerasan, penganiayaan, pembatasan, pengusiran, penutupan tempat ibadah, penolakan hak sipil, dan lain-lain.

Bagaimana cara meningkatkan toleransi dan pluralisme antara kelompok-kelompok beragama di Indonesia?

Ada banyak cara untuk meningkatkan toleransi dan pluralisme antara kelompok-kelompok beragama di Indonesia, seperti:

  • Meningkatkan pendidikan dan literasi agama yang inklusif, kritis, dan dialogis bagi masyarakat, terutama generasi muda.
  • Meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara pemuka-pemuka agama, organisasi-organisasi keagamaan, dan lembaga-lembaga sosial yang berbasis agama.
  • Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang lintas agama.
  • Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelaku-pelaku diskriminasi, intoleransi, atau kekerasan berbasis agama.
  • Meningkatkan kesadaran dan sikap menghormati perbedaan dan keragaman agama sebagai bagian dari kekayaan dan keindahan Indonesia.

Demikianlah artikel yang saya tulis tentang religiusitas di Indonesia. Saya berharap artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan menarik bagi Anda.

Saya juga berharap artikel ini dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi Anda terhadap agama dan keragaman di Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kesempatan Anda. Semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi Anda untuk terus belajar dan berkembang.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Salam sejahtera. 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *