Hindu di Bali memiliki hubungan erat dengan berbagai ritual dan upacara yang dilakukan dengan menggunakan sarana upakara, salah satunya adalah banten pejati. Banten pejati merupakan salah satu jenis banten yang paling sering digunakan oleh umat Hindu di Bali dalam melaksanakan upacara keagamaan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi makna dan pentingnya banten pejati dalam tradisi Hindu di Bali.
Daftar Isi
1. Pengenalan tentang Banten
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang banten pejati, penting untuk memahami konsep banten secara umum. Banten adalah sarana upakara yang digunakan dalam ritual Hindu di Bali. Dalam Lontar Yajna Prakrti, dikatakan bahwa semua jenis banten merupakan simbol diri kita, lambang kemahakuasaan Sang Hyang Widhi, dan sebagai lambang alam semesta atau Bhuana Agung.
2. Makna dan Filosofi Banten Pejati
Banten pejati memiliki makna dan filosofi yang mendalam dalam tradisi Hindu di Bali. Kata “pejati” berasal dari kata “jati” yang dalam bahasa Bali berarti sungguh-sungguh. Dengan awalan “pa” pada kata “jati”, maka pejati memiliki makna sebagai wujud kesungguhan seseorang.
Banten pejati digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa kesungguhan hati seseorang kepada Sang Hyang Widhi serta manifestasinya ketika hendak melaksanakan upacara tertentu.
3. Penggunaan Banten Pejati dalam Upacara
Banten pejati merupakan salah satu jenis banten yang paling sering digunakan dalam upacara Hindu di Bali, terutama ketika melaksanakan Panca Yadnya. Misalnya, saat seseorang pertama kali masuk dan bersembahyang di sebuah pura, umumnya dia akan menghaturkan banten pejati.
Selain itu, banten pejati juga digunakan ketika seseorang memohon jasa pemangku atau sulinggih, serta ketika melengkapi upacara lainnya. Banten pejati sering disebut juga sebagai “Banten Peras Daksina” oleh sebagian masyarakat Bali.
4. Unsur-Unsur Banten Pejati
Banten pejati tidak hanya terdiri dari unsur kesungguhan hati, tetapi juga melibatkan unsur-unsur lain yang memberikan makna dan simbolisme dalam upacara. Beberapa unsur yang sering ditemukan dalam banten pejati antara lain:
- Daksina: Simbol dari pemberian atau pengorbanan kepada Sang Hyang Widhi.
- Banten peras: Berisi berbagai jenis makanan dan buah sebagai lambang keberlimpahan dan kelimpahan rezeki.
- Banten ajuman/soda: Berisi air suci yang digunakan dalam prosesi penyucian atau pembersihan.
- Tipat kelanan: Makanan yang terbuat dari ketan yang melambangkan rasa syukur dan kesucian.
- Penyeneng/tehenan/pabuat: Alat-alat musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi upacara.
- Pesucian: Proses penyucian diri sebagai persiapan menjalani upacara.
- Segehan: Persembahan berupa nasi yang melambangkan kesucian dan pemujaan kepada Tuhan.
Kesimpulan
Banten pejati memegang peran penting dalam tradisi Hindu di Bali. Sebagai sarana untuk mengungkapkan kesungguhan hati, banten pejati menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai upacara keagamaan. Melalui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, banten pejati mengandung makna dan filosofi yang mendalam, membawa pesan tentang keberlimpahan, kesucian, dan penghormatan kepada Tuhan.
FAQs (Frequently Asked Questions):
- Apa itu banten pejati? Banten pejati merupakan jenis banten yang sering digunakan dalam upacara Hindu di Bali sebagai sarana untuk mengungkapkan kesungguhan hati.
- Apa makna dari kata “pejati”? Kata “pejati” berasal dari kata “jati” yang berarti sungguh-sungguh. Dengan awalan “pa” pada kata “jati”, maka pejati memiliki makna sebagai wujud kesungguhan seseorang.
- Apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam banten pejati? Beberapa unsur yang sering ditemukan dalam banten pejati antara lain daksina, banten peras, banten ajuman/soda, tipat kelanan, penyeneng/tehenan/pabuat, pesucian, dan segehan.
- Kapan banten pejati biasanya digunakan dalam upacara? Banten pejati sering digunakan saat seseorang pertama kali masuk dan bersembahyang di sebuah pura, serta ketika memohon jasa pemangku atau sulinggih.
- Apa filosofi dari banten pejati? Banten pejati melambangkan kesungguhan hati seseorang dalam menghadapi upacara keagamaan serta penghormatan kepada Tuhan.
Baca juga: