Jelaskan Bagaimana Konsep Frustrasi Status (Cohen, 1955) dalam Menjelaskan Perilaku Subkebudayaan Delinkuen

Jelaskan bagaimana konsep frustrasi status (Cohen, 1955) dalam menjelaskan perilaku sub kebudayaan delinkuen pada kelompok gang motor di suatu kota untuk melakukan tindakan kekerasan, penyalahgunaan narkoba dan perilaku delinkuensi lainya!

Artikel ini bertujuan memberikan panduan lengkap bagi guru, pengajar, atau orang tua dalam memahami perilaku subkebudayaan delinkuen melalui lensa konsep frustrasi status yang dikemukakan oleh Albert K. Cohen. Dengan pendekatan yang edukatif dan santai, FOKUS akan menjelaskan hubungan antara teori ini dan perilaku negatif yang sering muncul dalam kelompok gang motor.


Apa itu Konsep Frustrasi Status (Cohen, 1955)?

Albert K. Cohen, dalam teorinya mengenai frustrasi status, menjelaskan bahwa perilaku delinkuen sering kali muncul akibat konflik antara norma masyarakat dominan dan kemampuan individu untuk memenuhinya.

Beberapa poin utama dari konsep ini adalah:

  1. Frustrasi Status:
    • Terjadi ketika individu atau kelompok merasa tidak mampu mencapai status atau prestasi yang dihargai dalam masyarakat dominan melalui jalur konvensional, seperti pendidikan dan pekerjaan.
    • Ketidakmampuan ini sering dialami oleh kelompok yang menghadapi hambatan struktural, seperti kemiskinan, diskriminasi, atau lingkungan sosial yang kurang mendukung.
  2. Subkebudayaan Delinkuen:
    • Sebagai respons terhadap frustrasi status, kelompok-kelompok tertentu menciptakan norma dan nilai baru yang bertentangan dengan masyarakat dominan.
    • Norma ini memberikan mereka pengakuan dan status dalam kelompoknya, meskipun perilaku mereka dianggap negatif oleh masyarakat luas.

Jelaskan bagaimana konsep frustrasi status (Cohen, 1955) dalam menjelaskan perilaku sub kebudayaan delinkuen pada kelompok gang motor di suatu kota untuk melakukan tindakan kekerasan, penyalahgunaan narkoba dan perilaku delinkuensi lainya!

BACA JUGA :  Tiga Dimensi Stratifikasi Sosial Menurut Max Weber

Hubungan Konsep Frustrasi Status dengan Gang Motor

Kelompok gang motor sering kali mencerminkan subkebudayaan delinkuen. Berikut penjelasan bagaimana frustrasi status menjadi dasar perilaku mereka:

1. Ketidakmampuan Mencapai Status dalam Masyarakat Dominan

  • Sebagian besar anggota gang motor berasal dari lingkungan sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
  • Pendidikan dan pekerjaan sering kali tidak menjadi jalur yang efektif untuk mencapai status yang dihargai di masyarakat.
  • Perasaan gagal ini mendorong mereka mencari pengakuan di luar norma masyarakat, yaitu dalam lingkungan gang motor.

2. Pembentukan Subkebudayaan Delinkuen

  • Dalam gang motor, norma baru terbentuk, di mana perilaku seperti kekerasan, penyalahgunaan narkoba, atau delinkuensi dipandang sebagai simbol keberanian dan status.
  • Contohnya, balapan liar atau tindak kekerasan terhadap kelompok lain menjadi bentuk penghormatan di antara anggota.

3. Solidaritas dan Pengakuan dalam Kelompok

  • Gang motor menawarkan rasa kebersamaan dan identitas, terutama bagi mereka yang merasa terpinggirkan oleh masyarakat.
  • Subkebudayaan delinkuen ini menciptakan lingkungan yang memperkuat perilaku negatif sebagai cara mempertahankan status dalam kelompok.

Mengapa Kekerasan dan Delinkuensi Terjadi?

Tindakan seperti kekerasan dan penyalahgunaan narkoba sering kali berakar pada beberapa faktor berikut:

  1. Tantangan terhadap Norma Dominan:
    • Kekerasan atau perilaku delinkuen adalah bentuk perlawanan terhadap masyarakat dominan yang dianggap tidak adil atau tidak memberikan ruang bagi mereka untuk sukses.
  2. Pencarian Identitas dan Harga Diri:
    • Melalui perilaku delinkuen, mereka membangun identitas baru yang memberikan harga diri di dalam kelompok.
  3. Lingkungan Sosial yang Mendukung Delinkuensi:
    • Kondisi seperti kemiskinan, disorganisasi sosial, dan lingkungan penuh kekerasan memperkuat norma subkebudayaan delinkuen.

Strategi Penanganan Perilaku Delinkuen pada Gang Motor

FOKUS percaya bahwa solusi terhadap perilaku destruktif memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil:

BACA JUGA :  Berdasarkan Informasi Tersebut, Anda Diminta Membuat Analisis Penerapan Kriteria Sekolah Efektif Ditinjau

1. Meningkatkan Akses pada Kesempatan Sosial dan Ekonomi

  • Program pendidikan, pelatihan kerja, dan beasiswa dapat membantu individu dari kelompok marginal mendapatkan status secara konvensional.

2. Intervensi Berbasis Komunitas

  • Memperkuat norma positif di masyarakat melalui kegiatan komunitas yang melibatkan remaja dalam aktivitas kreatif dan edukatif.

3. Pendekatan Rehabilitatif

  • Program rehabilitasi narkoba, konseling, dan kegiatan positif seperti olahraga atau seni dapat membantu remaja keluar dari siklus delinkuen.

4. Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat

  • Keluarga: Memberikan dukungan emosional dan pendidikan yang baik.
  • Sekolah: Menjadi tempat inklusif dengan program bimbingan konseling dan ekstrakurikuler.
  • Masyarakat: Menghilangkan stigma terhadap remaja yang bermasalah dan menciptakan peluang reintegrasi.

Implementasi di Indonesia

Beberapa inisiatif telah berhasil membantu kelompok remaja di Indonesia, seperti:

  1. Rumah Belajar Komunitas:
    • Program ini membantu anak-anak dari lingkungan berisiko tinggi untuk mengejar pendidikan sambil mendapatkan bimbingan nilai-nilai positif.
  2. Gerakan Pemuda Kreatif:
    • Program yang mengajarkan keterampilan seni atau olahraga untuk menyalurkan energi remaja ke arah produktif.
  3. Dialog Sosial dan Pelatihan Kerja:
    • Upaya melibatkan tokoh masyarakat dan aparat dalam memberikan solusi langsung kepada gang motor melalui pelatihan dan dialog.

Kesimpulan

Konsep frustrasi status (Cohen, 1955) memberikan wawasan penting tentang bagaimana ketidakmampuan mencapai status melalui jalur konvensional dapat mendorong terbentuknya subkebudayaan delinkuen. Dengan memahami akar permasalahan ini, masyarakat dapat menciptakan solusi yang lebih manusiawi dan efektif.

Pendekatan yang berfokus pada pencegahan, pemberdayaan, dan inklusi sosial dapat membantu mengatasi fenomena gang motor sekaligus membuka peluang bagi remaja untuk hidup lebih baik di masa depan.

FOKUS yakin bahwa dengan dukungan semua pihak, kita dapat memutus siklus delinkuen dan kekerasan secara lebih menyeluruh. Itulah kunci jawaban Jelaskan bagaimana konsep frustrasi status (Cohen, 1955) dalam menjelaskan perilaku sub kebudayaan delinkuen pada kelompok gang motor di suatu kota untuk melakukan tindakan kekerasan, penyalahgunaan narkoba dan perilaku delinkuensi lainya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *