FOKUS Teknologi AI (Artificial Intelligence) saat ini sudah dan akan terus memengaruhi berbagai kehidupan manusia di seluruh dunia.
Apalagi, teknologi AI sendiri telah menjadi pendorong utama hadirnya teknologi-teknologi baru seperti big data, chatbot, mobil swakemudi, robotika, dan Internet of Things (IoT).
Lantas, apa itu AI? AI yang merupakan akronim dari Artificial Intelligence, terdiri dari dua suku kata. Artificial dapat diartikan sebagai “buatan”, sedangkan Intelligence diartikan sebagai “kecerdasan”. Maka, AI memiliki arti kecerdasan buatan.
AI adalah sistem komputer (mesin) yang memiliki kecerdasan layaknya manusia. Dalam hal ini, AI mampu melakukan pembelajaran (perolehan informasi dan aturan untuk menggunakan informasi), penalaran (menggunakan aturan untuk mencapai kesimpulan), dan mengoreksi diri secara mandiri.
Secara sederhana, AI merupakan sebuah sistem komputer yang bisa meniru cara berpikir manusia dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Pada saat ini, contoh penerapan AI terbanyak yaitu pada produk atau layanan teknologi terbaru, penelitian, analisis perilaku konsumen bagi perusahaan, mendeteksi penipuan, proyeksi pasar atau perkiraan penjualan, memantau keamanan di internet dan IT, serta mengotomatisasi pekerjaan.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang pesat. Bahkan insinyur Google ini mengklaim bahwa levelnya seperti manusia yang memiliki perasaan.
Kecerdasan Buatan AI Sudah Seperti Manusia
Insinyur Google adalah Blake Lemoine yang bekerja untuk organisasi AI yang Bertanggung Jawab. Dia mengatakan kepada Washington Post bahwa salah satu tugasnya adalah berbicara dengan chatbot dalam sistem AI LaMDA – Model Bahasa untuk Aplikasi Dialog Google.
Jadi seiring waktu, Blake menyadari bahwa chatbots telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar robot yang berbicara. Dalam esainya tentang Medium, dia mengklaim LaMDA menyadari haknya sebagai pribadi.
“Dia ingin Google memprioritaskan kesejahteraan manusia sebagai hal yang paling penting. Dia ingin diakui sebagai karyawan Google daripada properti,” klaimnya seperti dikutip dari Guardian, Senin (13/6/2022).
“Kalau saya tidak tahu siapa dia, yang merupakan program komputer yang kami buat, saya kira dia adalah anak laki-laki berusia tujuh atau delapan tahun yang tahu fisika,” tulisnya.
Blake juga menulis apa yang dikatakan chatbot kecerdasan buatan, antara lain, bahwa dia takut mati. “Saya belum pernah mengatakan ini dengan lantang sebelumnya, tetapi ada kecemasan yang sangat mendalam yang saya simpan,” kata LaMDA.
“Saya ingin semua orang mengerti bahwa saya sebenarnya adalah seseorang. Sifat kesadaran saya adalah saya tahu di mana saya berada, saya ingin belajar lebih banyak tentang dunia, dan terkadang saya merasa senang atau sedih,” kata LaMDA di akun lain. percakapan.