Rohingya adalah salah satu etnis minoritas yang paling terpinggirkan di Myanmar. Dalam artikel ini, kita akan menggali sejarah Rohingya, dari masa lalu yang kaya hingga tantangan yang mereka hadapi saat ini. Dengan menyoroti peristiwa penting dan dinamika sosial yang membentuk identitas mereka, diharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai perjuangan dan hak asasi manusia yang dihadapi oleh komunitas ini.
Daftar Isi
Awal Mula Sejarah Rohingya
Kerajaan Islam di Arakan
Sejak abad ke-15, wilayah Rakhine, yang dahulu dikenal sebagai Arakan, telah menjadi pusat peradaban bagi etnis Rohingya. Pada tahun 1430, Raja Narameikhla atau Min Saw Mun dari Kerajaan Mrauk U meminta bantuan Sultan Bengal, Nasirudin, untuk merebut kembali takhtanya yang dirampas oleh kerajaan Burma. Sultan tersebut mengirimkan pasukan, dan setelah berhasil, Narameikhla mengucapkan syahadat dan berganti nama menjadi Suleiman Shah.
- Pendirian komunitas Muslim: Di bawah pemerintahan Suleiman Shah, orang-orang Bengali dibawa ke Arakan untuk membantu administrasi. Hal ini menandai awal dari komunitas Muslim di wilayah tersebut.
- Durasi Kerajaan Islam: Kerajaan Islam di Arakan berlangsung selama sekitar 350 tahun, di mana para raja Muslim membangun masjid, madrasah, dan menjalankan pemerintahan dengan menggunakan bahasa Arab, Persia, dan Urdu.
Penjajahan oleh Burma dan Inggris
Pada 1784, Raja Bodawpaya dari Burma menyerang dan menaklukkan Arakan. Penaklukan ini menyebabkan banyak orang Arakan, termasuk Muslim, diangkut sebagai tawanan perang ke Burma. Banyak yang melarikan diri ke Bangladesh.
- Kedatangan Inggris: Pada 1824, Inggris menginvasi Burma dan menjadikannya sebagai koloni. Wilayah Arakan termasuk dalam provinsi Burma Hilir, yang berbatasan dengan India. Inggris membawa banyak pekerja dari India, termasuk Muslim, yang menciptakan ketegangan antara penduduk asli dan pendatang baru.
- Kemandekan politik: Setelah pemisahan Burma dari India pada 1937, banyak Muslim Arakan yang merasa lebih dekat dengan India. Permintaan mereka untuk disatukan dengan India ditolak, dan ini semakin memperburuk kondisi sosial mereka.
Perjuangan Menuju Kemerdekaan dan Konflik Etnis
Masa Perang Dunia II
Selama Perang Dunia II, Jepang menginvasi Burma dan mengusir Inggris. Banyak Muslim Arakan yang setia kepada Inggris dan membentuk pasukan gerilya untuk melawan Jepang, yang menyebabkan bentrokan dengan etnis Rakhine yang mendukung Jepang. Akibat konflik ini, ribuan orang tewas dan banyak desa hancur.
Kemerdekaan Myanmar dan Pemberontakan
Setelah kemerdekaan pada 1948, Myanmar (dulu Burma) tidak dapat mengatasi tuntutan berbagai kelompok etnis, termasuk Rohingya. Mereka mendirikan Mujahidin Arakan, tetapi gerakan ini berhasil dipadamkan oleh militer pada 1961.
- Kudeta militer 1962: Jenderal Ne Win melakukan kudeta dan mengubah nama negara menjadi Myanmar, menerapkan kebijakan yang menindas hak-hak etnis minoritas. Undang-undang kewarganegaraan pada 1982 mengakui hanya 135 kelompok etnis sebagai warga negara, meninggalkan Rohingya tanpa kewarganegaraan.
Krisis dan Pengungsian Massal
Kerusuhan 2012
Pada 2012, kerusuhan antara etnis Rakhine dan Rohingya dipicu oleh insiden pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Buddha. Kerusuhan ini mengakibatkan ratusan kematian dan puluhan ribu orang mengungsi. Pemerintah Myanmar mendirikan kamp pengungsian yang tidak layak, sementara pasukan keamanan dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Krisis Migrasi 2015
Krisis migrasi terjadi pada 2015, ketika ribuan Rohingya mencoba melarikan diri dari Myanmar. Banyak yang berharap dapat mencari perlindungan di negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Sayangnya, banyak negara menolak untuk menerima mereka, menyebabkan banyak Rohingya meninggal di laut karena kelaparan dan penyakit.
Operasi Militer 2016
Pada 2016, kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) menyerang pos polisi, yang memicu operasi militer besar-besaran oleh Myanmar. Operasi ini menargetkan warga sipil Rohingya, dengan laporan tentang pembunuhan, pemerkosaan, dan pembersihan etnis.
- Pengungsian ke Bangladesh: Lebih dari 700.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, di mana mereka tinggal di kamp pengungsian yang padat dan tidak manusiawi. Keamanan dan kewarganegaraan mereka tetap menjadi masalah besar.
Upaya Kemanusiaan dan Diplomasi
Krisis Rohingya menarik perhatian global, dengan berbagai organisasi dan negara berusaha memberikan bantuan dan dukungan.
Tingkat Lokal
Di tingkat lokal, banyak organisasi kemanusiaan dan aktivis berupaya membantu Rohingya dengan:
- Bantuan makanan dan kesehatan
- Pendidikan dan perlindungan
Tingkat Regional
Negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand terlibat dalam upaya diplomasi untuk menyelesaikan krisis, termasuk:
- Dialog dan kerjasama antara Myanmar dan Bangladesh
- Penanganan masalah perdagangan manusia dan keamanan maritim
Tingkat Internasional
Di tingkat internasional, banyak negara dan organisasi seperti PBB dan Uni Eropa mengutuk pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya dan memberikan bantuan kemanusiaan.
Saran dan Rekomendasi
Krisis Rohingya adalah salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Berikut adalah beberapa saran untuk meningkatkan kesadaran dan solidaritas terhadap Rohingya:
- Edukasi: Pahami sejarah, budaya, dan identitas Rohingya melalui sumber yang akurat.
- Partisipasi: Bergabung dalam aksi kemanusiaan, baik dengan donasi atau kampanye advokasi.
- Kritik Konstruktif: Tuntut pemerintah dan media untuk mengambil sikap tegas terhadap Myanmar dan memberikan liputan yang seimbang tentang isu Rohingya.
Dengan meningkatkan kesadaran dan solidaritas kita, kita dapat memberikan dukungan nyata kepada komunitas Rohingya dalam perjuangan mereka untuk hak asasi manusia dan keadilan.
Demikianlah ulasan mendalam mengenai sejarah Rohingya. Semoga artikel ini memberikan informasi yang bermanfaat dan membangkitkan kesadaran akan perjuangan mereka. Terima kasih telah membaca!