FOKUS MANCANEGARA – Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan sejak sebelum keduanya menjadi negara merdeka. Konflik ini dipicu oleh persaingan atas tanah yang dianggap suci oleh tiga agama besar, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Selain itu, konflik ini juga melibatkan kepentingan politik, ekonomi, dan militer dari berbagai negara di dunia.
Daftar Isi
Salah satu isu yang paling kontroversial dalam konflik ini adalah sikap dan dukungan dari negara-negara lain terhadap salah satu pihak yang bertikai. Beberapa negara secara terang-terangan mendukung Israel, sementara yang lainnya lebih bersimpati kepada Palestina. Ada juga negara yang berusaha bersikap netral atau menengahi kedua belah pihak.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang negara-negara yang mendukung Palestina, baik secara politik, ekonomi, maupun militer. Kita juga akan melihat alasan-alasan di balik dukungan tersebut, serta dampak dan tantangan yang dihadapi oleh negara-negara pro-Palestina.
Negara-negara Muslim
Secara umum, negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam cenderung mendukung Palestina dalam konflik dengan Israel. Hal ini karena Palestina dianggap sebagai tanah suci bagi umat Islam, terutama karena adanya Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang merupakan salah satu tempat paling penting dalam sejarah Islam.
Selain itu, negara-negara Muslim juga merasa terpanggil untuk membela saudara-saudara mereka yang beragama Islam di Palestina, yang sering mengalami penindasan, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia dari pihak Israel.
Negara-negara Muslim juga mengecam kebijakan-kebijakan Israel yang dianggap melanggar hukum internasional, seperti pembangunan pemukiman ilegal di wilayah pendudukan, penggusuran paksa warga Palestina dari rumah-rumah mereka, serta penggunaan kekerasan yang berlebihan dan tidak proporsional terhadap warga sipil Palestina.
Beberapa negara Muslim yang paling vokal mendukung Palestina adalah:
Turki:
Turki adalah salah satu sekutu terdekat Palestina di kawasan Timur Tengah. Turki memiliki hubungan diplomatik dengan Otoritas Palestina (PA), yang merupakan pemerintahan sementara di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Turki juga memberikan bantuan kemanusiaan, ekonomi, dan militer kepada Palestina. Turki mengecam keras tindakan-tindakan Israel yang dianggap melanggar hak-hak rakyat Palestina, serta mendesak komunitas internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap Israel. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa solusi perdamaian di Timur Tengah adalah dengan mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Iran:
Iran adalah salah satu musuh bebuyutan Israel di kawasan Timur Tengah. Iran tidak mengakui eksistensi Israel sebagai negara, dan menganggapnya sebagai entitas ilegal yang didirikan atas dasar penjajahan dan kolonialisme. Iran juga mendukung kelompok-kelompok perlawanan Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam, yang sering melakukan serangan terhadap Israel dari Jalur Gaza. Iran memberikan bantuan finansial, senjata, dan pelatihan militer kepada kelompok-kelompok tersebut. Iran juga mengadakan Konferensi Internasional untuk Mempertanyakan Holocaust pada tahun 2006, yang menimbulkan kontroversi dan kecaman dari banyak negara.
Malaysia:
Malaysia adalah salah satu negara Asia Tenggara yang paling aktif mendukung Palestina. Malaysia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan melarang warga negaranya untuk berkunjung ke Israel tanpa izin khusus. Malaysia juga memberikan bantuan kemanusiaan, pendidikan, dan kesehatan kepada rakyat Palestina. Malaysia juga mendukung upaya-upaya diplomasi untuk mencapai solusi dua negara, yaitu pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di samping Israel. Malaysia juga sering menggelar aksi solidaritas dan demonstrasi untuk mengecam kekejaman Israel terhadap Palestina.
Negara-negara Non-Muslim

Meskipun mayoritas negara yang mendukung Palestina adalah negara-negara Muslim, ada juga beberapa negara non-Muslim yang bersimpati dan berpihak kepada Palestina dalam konflik dengan Israel. Beberapa alasan yang mendasari sikap negara-negara non-Muslim ini antara lain adalah:
- Prinsip-prinsip hukum internasional: Beberapa negara non-Muslim menganggap bahwa tindakan-tindakan Israel terhadap Palestina melanggar prinsip-prinsip hukum internasional, seperti hak-hak asasi manusia, hak-hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, serta resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berkaitan dengan isu Palestina. Negara-negara non-Muslim ini menuntut agar Israel menghormati dan mematuhi hukum internasional, serta mengakhiri pendudukan dan penjajahan terhadap Palestina.
- Kepedulian kemanusiaan: Beberapa negara non-Muslim juga merasa prihatin dan tergerak oleh penderitaan dan kesusahan yang dialami oleh rakyat Palestina akibat konflik dengan Israel. Negara-negara non-Muslim ini memberikan bantuan kemanusiaan, seperti makanan, obat-obatan, air bersih, serta perlindungan kepada warga sipil Palestina yang menjadi korban kekerasan dan konflik. Negara-negara non-Muslim ini juga mendesak agar Israel menghentikan serangan-serangan yang menargetkan warga sipil Palestina, serta membuka akses kemanusiaan bagi bantuan-bantuan dari luar.
- Kepentingan politik dan strategis: Beberapa negara non-Muslim juga memiliki kepentingan politik dan strategis dalam konflik Israel-Palestina. Negara-negara non-Muslim ini ingin menjaga hubungan baik dengan negara-negara Arab dan Muslim di kawasan Timur Tengah, yang merupakan mitra dagang, sumber energi, atau sekutu militer bagi mereka. Negara-negara non-Muslim ini juga ingin mengurangi pengaruh dan ambisi Israel di kawasan tersebut, yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan dan stabilitas regional.
Beberapa negara non-Muslim yang mendukung Palestina adalah:
China:
China adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang sering menggunakan hak vetonya untuk melindungi kepentingan Palestina.
China tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sampai tahun 1992, dan tetap menjaga jarak dengan Israel karena alasan politik dan strategis.
China memiliki hubungan baik dengan negara-negara Arab dan Muslim di Timur Tengah, yang merupakan sumber minyak dan pasar bagi produk-produk China.
China juga menentang dominasi AS di kawasan tersebut, yang merupakan sekutu utama Israel. China mendukung solusi dua negara, yaitu pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di samping Israel, berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Rusia:
Rusia adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang juga sering menggunakan hak vetonya untuk melindungi kepentingan Palestina. Rusia memiliki hubungan sejarah dengan Palestina sejak zaman Uni Soviet, yang merupakan salah satu pendukung pertama kemerdekaan Palestina.
Rusia juga memiliki hubungan baik dengan negara-negara Arab dan Muslim di Timur Tengah, yang merupakan mitra dagang, sumber energi, atau sekutu militer bagi Rusia.
Rusia juga menentang dominasi AS di kawasan tersebut, yang merupakan sekutu utama Israel. Rusia mendukung solusi dua negara, yaitu pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di samping Israel, berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Afrika Selatan:
Afrika Selatan adalah salah satu negara Afrika yang paling vokal mendukung Palestina. Afrika Selatan memiliki pengalaman sejarah dengan apartheid, yaitu sistem diskriminasi rasial yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih terhadap mayoritas penduduk kulit hitam di negara tersebut.
Afrika Selatan menganggap bahwa Israel juga menerapkan sistem apartheid terhadap rakyat Palestina, yang mengalami penindasan, segregasi, dan marginalisasi di tanah mereka sendiri.
Afrika Selatan mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, serta mendesak agar Israel mengakhiri pendudukan dan penjajahan terhadap Palestina.
Venezuela:
Venezuela adalah salah satu negara Amerika Latin yang paling aktif mendukung Palestina. Venezuela tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sejak tahun 2009, sebagai bentuk protes terhadap serangan Israel ke Jalur Gaza pada tahun 2008-2009, yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina.
Venezuela juga memberikan bantuan kemanusiaan, politik, dan ekonomi kepada Palestina. Venezuela juga mengecam keras kebijakan-kebijakan AS yang mendukung Israel, seperti pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, serta rencana perdamaian Timur Tengah yang dianggap tidak adil dan tidak realistis bagi Palestina.
Tantangan dan Dampak
Meskipun banyak negara yang mendukung Palestina dalam konflik dengan Israel, namun dukungan tersebut tidak selalu mudah dan tanpa risiko. Negara-negara pro-Palestina juga menghadapi tantangan dan dampak dari sikap mereka, antara lain:
Tekanan dan sanksi dari AS dan sekutunya:
AS adalah sekutu utama dan pelindung Israel di dunia. AS sering menggunakan pengaruhnya di PBB untuk memblokir atau memveto resolusi-resolusi yang mengkritik atau mengecam Israel. AS juga memberikan bantuan militer, ekonomi, dan politik yang besar kepada Israel.
AS juga sering memberikan tekanan dan sanksi kepada negara-negara yang berseberangan dengan kepentingan Israel, seperti Iran, Suriah, atau Venezuela. AS juga mengancam untuk mengurangi atau menghentikan bantuan kepada negara-negara yang mendukung Palestina, seperti Pakistan, Mesir, atau Yordania.

Konfrontasi dan ancaman dari Israel:
Israel adalah negara yang memiliki kekuatan militer yang besar di kawasan Timur Tengah. Israel juga memiliki senjata nuklir yang tidak diketahui jumlahnya.
Israel sering melakukan serangan militer terhadap negara-negara atau kelompok-kelompok yang dianggap sebagai musuh atau ancaman bagi keamanan dan eksistensinya.
Israel juga sering melakukan operasi rahasia atau pembunuhan terhadap tokoh-tokoh atau pemimpin-pemimpin yang mendukung Palestina, seperti Yasser Arafat, Imad Mughniyeh, atau Mahmoud Al-Mabhouh.
Kerentanan dan ketergantungan dari Palestina:
Palestina adalah negara yang belum merdeka secara penuh dan berdaulat. Palestina masih berada di bawah pendudukan dan penjajahan Israel di sebagian besar wilayahnya.
Palestina juga mengalami krisis kemanusiaan, ekonomi, dan sosial akibat blokade dan pembatasan dari Israel.
Palestina juga terpecah menjadi dua fraksi politik utama, yaitu Fatah dan Hamas, yang sering berselisih dan bersaing satu sama lain.
Palestina sangat membutuhkan bantuan dan dukungan dari negara-negara lain untuk bertahan hidup dan melawan Israel.
Kesimpulan
Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu konflik paling lama dan paling rumit di dunia. Konflik ini tidak hanya melibatkan kedua belah pihak yang bertikai, tetapi juga melibatkan banyak negara lain yang memiliki sikap dan dukungan berbeda-beda terhadap salah satu pihak.
Negara-negara yang mendukung Palestina memiliki berbagai alasan dan motif, baik yang bersifat agama, hukum, kemanusiaan, politik, atau strategis.
Negara-negara pro-Palestina juga menghadapi berbagai tantangan dan dampak dari sikap mereka, baik yang bersifat ekonomi, militer, atau diplomasi.
Dukungan dari negara-negara lain sangat penting bagi Palestina untuk dapat mewujudkan hak-hak dan aspirasinya sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Namun, dukungan tersebut juga harus diimbangi dengan upaya-upaya dari Palestina sendiri untuk menyelesaikan konflik dengan Israel secara damai dan adil, serta untuk membangun negara yang demokratis, sejahtera, dan harmonis.