FOKUS EDUKASI – Epistemologi adalah penyelidikan tentang hakikat pengetahuan itu sendiri. Studinya berfokus pada sarana kita untuk memperoleh pengetahuan dan bagaimana kita dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Epistemologi modern umumnya melibatkan perdebatan antara rasionalisme dan empirisme . Rasionalis percaya bahwa pengetahuan diperoleh melalui penggunaan akal, sementara empiris menegaskan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.
Daftar Isi
Mengapa Epistemologi Itu Penting
Studi epistemologi sangat penting untuk memahami bagaimana dan mengapa kita berpikir, dengan kata lain, bagaimana kita memperoleh pengetahuan, bagaimana kita mengandalkan indera kita, dan bagaimana kita mengembangkan konsep dalam pikiran kita. Epistemologi yang sehat diperlukan untuk pengembangan pemikiran dan penalaran yang sehat, itulah sebabnya begitu banyak literatur filosofis dapat melibatkan diskusi yang tampaknya misterius tentang sifat pengetahuan. Beberapa pertanyaan yang sering dibahas oleh para epistemolog antara lain:
- Apa yang bisa kita ketahui?
- Bagaimana kita bisa mengetahuinya?
- Mengapa kita tahu beberapa hal, tetapi tidak yang lain?
- Bagaimana kita memperoleh pengetahuan?
- Apakah pengetahuan mungkin?
- Bisakah pengetahuan menjadi pasti?
- Mengapa kita percaya klaim tertentu dan bukan yang lain?
Dua Kamp
Ada banyak teori epistemologi yang berbeda, tetapi semuanya sebagian besar jatuh ke dalam salah satu dari dua kubu: empiris atau rasional. Menurut empiris, kita hanya bisa mengetahui sesuatu setelah kita memiliki pengalaman yang relevan, dengan kata lain, pengetahuan kita adalah a posteriori. Rasionalis, bagaimanapun, percaya adalah mungkin untuk mengetahui hal-hal sebelum kita memiliki pengalaman, dengan kata lain, pengetahuan kita adalah apriori.
Bagi para epistemolog, tidak ada pilihan ketiga, kecuali, mungkin, untuk posisi skeptis ekstrem bahwa tidak ada pengetahuan yang mungkin sama sekali. Tetapi sebaliknya, seseorang adalah rasionalis atau empiris.
Rasionalisme bukanlah posisi yang seragam. Beberapa rasionalis hanya akan berargumen bahwa beberapa kebenaran tentang realitas dapat ditemukan melalui akal dan pikiran murni (contohnya termasuk kebenaran matematika, geometri, dan kadang-kadang moralitas), sementara kebenaran lain memang membutuhkan pengalaman. Rasionalis lain akan melangkah lebih jauh dan berargumen bahwa semua kebenaran tentang realitas dalam beberapa cara harus diperoleh melalui akal, biasanya karena organ-organ indera kita tidak dapat secara langsung mengalami realitas di luar sama sekali.
Empirisme, di sisi lain, lebih seragam dalam arti menyangkal bahwa segala bentuk rasionalisme adalah benar atau mungkin. Kaum empiris mungkin tidak setuju tentang bagaimana kita memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan dalam arti apa pengalaman kita memberi kita akses ke realitas luar; meskipun demikian, mereka semua setuju bahwa pengetahuan tentang realitas membutuhkan pengalaman dan interaksi dengan realitas.
Epistemologi dan Ateisme
Banyak perdebatan antara ateis dan teis yang bersifat epistemologis. Ketika ateis dan teis berdebat tentang apakah masuk akal untuk percaya pada mukjizat , untuk menerima wahyu dan kitab suci sebagai otoritatif, dan sebagainya, mereka pada akhirnya berdebat tentang prinsip-prinsip epistemologis dasar: Bagaimana kita tahu apa yang benar dan tidak, dan kepercayaan didasarkan pada pengetahuan?
Ateis cenderung eksklusif atau terutama empiris: mereka bersikeras bahwa klaim kebenaran disertai dengan bukti yang jelas dan meyakinkan, yang dapat dipelajari dan diuji. Teis cenderung lebih bersedia menerima rasionalisme, percaya bahwa “kebenaran” dapat dicapai melalui wahyu, mistisisme, iman, dll. Perbedaan posisi ini konsisten dengan bagaimana ateis cenderung mengutamakan keberadaan materi dan berpendapat bahwa alam semesta bersifat material, sedangkan kaum teis cenderung mengutamakan keberadaan pikiran (khususnya, pikiran Tuhan) dan berpendapat bahwa keberadaan lebih bersifat spiritual dan supernatural.
Teks Penting tentang Epistemologi
- Meditasi , oleh Rene Descartes
- Risalah tentang Sifat Manusia , oleh David Hume
- Kritik Akal Murni , oleh Immanuel Kant
- Sebuah Esai Tentang Pemahaman Manusia , oleh John Locke