FOKUS SEJARAH NABI – Wafatnya Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa yang tak terlupakan dalam sejarah umat Islam. Detik-detik terakhir ajal beliau membawa momen-momen penting yang memberikan gambaran tentang kebesaran dan keutamaan beliau sebagai penutup para Nabi. Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW memberikan pelajaran tentang ketabahan, ketulusan, dan ketakwaan yang tinggi dalam menghadapi kematian.
Daftar Isi
Sejarah Wafatnya Nabi Muhammad tidak hanya merupakan kehilangan pribadi bagi para sahabatnya, tetapi juga duka mendalam bagi seluruh umat Muslim. Kisah perpisahan ini menggambarkan kekosongan yang tidak dapat tergantikan, karena Nabi Muhammad adalah contoh teladan yang sempurna dalam akhlak, kebijaksanaan, dan cinta kepada Allah.
Namun, penting untuk memahami bahwa wafatnya Nabi Muhammad bukanlah akhir dari warisannya, melainkan awal dari sebuah warisan yang tidak tergoyahkan. Dalam merenungkan kisah wafat Nabi Muhammad SAW, kita dapat meneladani nilai-nilai kehidupan yang beliau ajarkan dan memperdalam rasa cinta serta kekaguman kita kepada Rasulullah.
Baca juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj Hingga Sampai Ke Baitul Maqdis
Lebih lengkapnya, berikut ini kami rangkum dari berbagai sumber tentang kisah wafat Nabi Muhammad SAW beserta hadits-hadits yang menerangkannya. Anda dapat menemukan informasi lebih detail di Fokus.co.id.
Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Wafatnya Nabi Muhammad, juga dikenal sebagai wafatnya Rasulullah, adalah peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 8 Juni 632 Masehi (12 Rabiul Awal tahun 11 H dalam penanggalan Hijriyah). Peristiwa ini memiliki signifikansi besar dalam sejarah Islam, karena menandai akhir dari kehidupan fisik Nabi Muhammad di dunia ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kisah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan dampaknya terhadap umat Muslim.
Sakitnya Nabi Muhammad sebelum wafat
Beberapa hari sebelum wafatnya, Nabi Muhammad mengalami sakit yang semakin parah. Kondisinya memburuk pada hari-hari terakhir. Pada saat itu, beliau berada di rumah istrinya, Aisyah. Beliau meminta izin untuk dipindahkan ke ruangan yang terhubung dengan masjid, agar bisa memberikan pengarahan terakhirnya kepada umat Islam.
Pengarahan terakhir Nabi Muhammad
Di ruangan tersebut, Nabi Muhammad berbicara kepada para sahabatnya dan memberikan beberapa nasihat terakhirnya. Beliau mengingatkan mereka tentang pentingnya berpegang teguh pada ajaran Islam dan menegaskan kesatuan umat Muslim. Nabi Muhammad dengan tegas menyatakan bahwa Al-Quran dan sunnahnya akan menjadi pedoman utama bagi umat Islam setelah beliau tiada.
Pemilihan Abu Bakar sebagai pemimpin umat Muslim
Pada saat itu, Nabi Muhammad mengumumkan bahwa Abu Bakar, salah satu sahabat terdekatnya, akan menjadi pemimpin umat Muslim setelah beliau wafat. Pengumuman ini dikenal sebagai pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama dalam sejarah Islam. Keputusan ini memiliki konsekuensi penting dalam pengarahan masa depan umat Muslim.
Kematian Nabi Muhammad
Kemudian, keadaan kesehatan Nabi Muhammad semakin memburuk, dan beliau mencium tangan Aisyah sebelum memasuki keadaan tak sadar. Pada usia 63 tahun, Nabi Muhammad meninggal dunia di rumah Aisyah. Wafatnya Nabi Muhammad menyebabkan duka mendalam di kalangan umat Islam, dan peristiwa ini diperingati setiap tahun sebagai salah satu momen penting dalam sejarah Islam.
Tantangan yang dihadapi umat Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, umat Muslim menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan dan melanjutkan ajaran Islam. Namun, berkat kegigihan dan ketekunan umat Muslim, Islam terus berkembang dan menjadi salah satu agama terbesar di dunia. Ajaran-ajaran Nabi Muhammad yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para sahabatnya menjadi sumber utama pegangan bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan dan beribadah kepada Allah.
Ajaran Nabi Muhammad dalam Al-Quran dan hadis
Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad merupakan pijakan utama bagi umat Muslim. Al-Quran adalah kitab suci Islam yang dianggap sebagai firman Allah, sementara hadis-hadis adalah catatan tentang perkataan, tindakan, dan pendapat Nabi Muhammad yang disampaikan oleh para sahabatnya. Ajaran-ajaran ini memberikan panduan lengkap tentang bagaimana seorang Muslim harus menjalani kehidupan, berinteraksi dengan sesama, dan beribadah kepada Allah. Mereka adalah warisan berharga yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad kepada umat Muslim.
Hadist yang Menerangkan tentang Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Dalam ajaran Islam, hadis-hadis memiliki peranan yang sangat penting. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an dan berisi petunjuk dan tindakan yang diteladani oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks ini, terdapat beberapa hadis yang menerangkan tentang peristiwa wafatnya Nabi Muhammad. Hadis-hadis ini memberikan gambaran tentang kondisi Nabi Muhammad yang sakit parah dan tindakan serta ucapan terakhir beliau dalam menghadapi kematian. Artikel ini akan mengulas hadis-hadis tersebut dan mengeksplorasi makna dan pelajaran yang dapat kita ambil dari hadis-hadis tersebut.
Hadis Pertama: Riwayat dari Aisyah
Salah satu hadis yang terkenal dan memberikan gambaran tentang kondisi Nabi Muhammad saat sakit parah adalah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad. Dalam hadis ini, Aisyah menggambarkan bagaimana Nabi Muhammad menghadapi sakitnya menjelang wafatnya. Beliau memasukkan tangan kanannya ke dalam air, menciumnya, dan mengusapkan ke wajahnya sambil mengucapkan, “Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian memang memiliki rasa sakit.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)
Hadis ini memberikan gambaran tentang keadaan Nabi Muhammad yang sangat sakit dan penuh kesabaran. Meskipun beliau mengalami rasa sakit yang besar, Nabi Muhammad tetap berpegang teguh pada keimanan dan mengingat Allah. Tindakan ini menunjukkan ketekunan dan keikhlasan beliau dalam menghadapi kematian. Dalam keadaan yang sulit, Nabi Muhammad tetap memprioritaskan pengingatannya akan Allah dan menunjukkan kepada umatnya bahwa dalam segala kondisi, mengingat Allah adalah hal yang paling penting.
Hadis Kedua: Riwayat dari Abu Bakar
Hadis lain yang memberikan gambaran tentang keadaan Nabi Muhammad saat sakit parah adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, sahabat Nabi Muhammad. Dalam hadis ini, Abu Bakar menggambarkan momen terakhir Nabi Muhammad di dunia ini. Abu Bakar menceritakan bagaimana Nabi Muhammad datang ke masjid dengan wajah yang penuh keringat saat sakit parah. Ketika Nabi melihat para sahabat berkumpul di masjid, beliau tersenyum, memberikan kebahagiaan kepada mereka. Kemudian, Nabi Muhammad mengangkat tangannya ke langit dan berkata, “Ya Allah, di sisi-Mu aku berpegang teguh.” Setelah itu, beliau pulang ke rumah dan menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Abu Bakar. (Hadis Riwayat Abu Dawud)
Hadis ini memberikan gambaran tentang momen terakhir Nabi Muhammad di dunia ini dan menyoroti kehadiran para sahabat di sekitarnya selama periode sakitnya. Meskipun dalam kondisi sakit yang sangat parah, Nabi Muhammad tetap menghadapi kematian dengan keimanan yang kokoh. Tindakan dan ucapan terakhir beliau menunjukkan keyakinan dan kepasrahan total kepada Allah. Momen ini juga menunjukkan hubungan yang erat antara Nabi Muhammad dan para sahabatnya, khususnya Abu Bakar, yang menjadi saksi langsung saat Nabi Muhammad menghembuskan napas terakhirnya.
Makna dan Pelajaran dari Hadis-hadis tentang Wafatnya Nabi Muhammad
Hadis-hadis yang menerangkan tentang wafatnya Nabi Muhammad memberikan banyak makna dan pelajaran bagi umat Muslim. Pertama-tama, hadis-hadis ini menekankan pentingnya keimanan dan ketekunan dalam menghadapi kematian. Nabi Muhammad merupakan teladan utama dalam hal ini, dengan tetap mengingat Allah dan berserah diri kepada-Nya hingga saat-saat terakhir. Dalam kehidupan yang sementara ini, hadis-hadis ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga keimanan dan berpegang teguh pada ajaran Allah.
Selain itu, hadis-hadis ini juga mengajarkan pentingnya mengingat Allah dalam segala kondisi. Meskipun Nabi Muhammad mengalami rasa sakit yang hebat, beliau tetap mengucapkan kalimat tauhid, “Tidak ada Tuhan selain Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa mengingat Allah adalah sumber kekuatan dan penghiburan di tengah kesulitan. Dalam kehidupan sehari-hari, hadis-hadis ini mengajarkan kita untuk senantiasa mengingat Allah dan menghadapi segala tantangan dengan ketenangan dan kepasrahan kepada-Nya.
Selain itu, hadis-hadis ini memberikan persepsi yang sehat terhadap kematian dalam Islam. Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari kehidupan yang abadi di akhirat. Nabi Muhammad menunjukkan bahwa kematian adalah bagian dari takdir yang pasti, dan dengan persiapan yang baik, kita dapat menghadapinya dengan tenang. Hadis-hadis ini mengajarkan umat Muslim untuk tidak takut akan kematian, tetapi lebih fokus pada persiapan dan amalan yang baik untuk kehidupan setelah mati.
Detik-detik terakhir Wafatnya Rasulullah SAW
Pada saat-saat terakhir kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, tanda-tanda datangnya ajal mulai tampak. Aisyah, istri tercinta Nabi, menyandarkan tubuh beliau di pangkuannya. Inilah kehormatan yang diberikan Allah kepada Aisyah, bahwa Rasulullah wafat di rumahnya, pada hari gilirannya, dan di pangkuannya.
Aisyah merasakan keberkahan yang luar biasa dari Allah. Dia melaporkan bahwa saat Rasulullah SAW wafat, Allah menyatukan ludahnya dengan ludah beliau. Ini adalah tanda keistimewaan yang diberikan Allah kepada Aisyah sebagai istri tercinta Rasulullah.
Aisyah memangku Rasulullah
Saat Aisyah memangku Rasulullah, Abdurrahman dan Abu Bakar masuk dengan membawa siwak. Aisyah melihat Nabi memandang siwak tersebut, dan dengan penuh pengertian, dia menawarkan untuk mengambilkannya. Rasulullah memberikan isyarat dengan kepala, mengisyaratkan bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Aisyah pun mengambil siwak itu untuk beliau.
Namun, siwak tersebut terasa keras bagi Rasulullah, sehingga Aisyah bertanya apakah beliau menginginkan siwak yang lebih lunak. Rasulullah memberikan isyarat dengan kepala bahwa dia setuju, dan Aisyah melunakan siwak tersebut. Dengan penuh kebaikan hati, Aisyah menyikat gigi beliau dengan siwak tersebut.
Rasulullah berdoa
Selama momen tersebut, di hadapan Rasulullah terdapat sebuah bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air tersebut, lalu mengusapkannya ke wajah sambil mengucapkan, “La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya.” Rasulullah mengingatkan umatnya tentang kepastian kematian dan betapa pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Setelah bersiwak, Rasulullah mengangkat kedua tangannya yang mulia atau mengarahkan pandangannya ke langit-langit. Beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah aku; rahmatilah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi.” Rasulullah mengulang kalimat terakhir ini sebanyak tiga kali, kemudian tangannya lunglai, dan beliau kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi.
Wafatnya Rasulullah
Pada waktu Dhuha yang tinggi di hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriyah, atau tepatnya pada tanggal 8 Juni 632 M, Rasulullah Muhammad SAW berpulang ke Rahmatullah pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Detik-detik terakhir ajal Rasulullah SAW merupakan momen yang menggetarkan hati. Meskipun beliau menghadapi kematian, Rasulullah tetap berhubungan dengan Allah dan berdoa dengan penuh kerendahan hati. Pesan yang terdapat dalam momen ini adalah pentingnya mempersiapkan diri kita untuk menghadapi ajal, mengingat bahwa kematian adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan ini.
Kesimpulan
Detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah SAW adalah momen yang penuh makna dan menggetarkan hati. Saat itu, tanda-tanda ajal beliau mulai tampak, dan beliau wafat di rumah Aisyah, istri tercinta Nabi. Aisyah mendapatkan keberkahan yang luar biasa dalam momen tersebut. Rasulullah berdoa dengan sungguh-sungguh dan mengingatkan umatnya akan pentingnya mempersiapkan diri menghadapi kematian. Pada tanggal 8 Juni 632 M, Rasulullah wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari. Momen ini menjadi pengingat bagi kita akan kepastian kematian dan pentingnya mempersiapkan diri secara spiritual.
FAQ
1. Bagaimana tanda-tanda ajal Rasulullah saat mendekati wafatnya? Tanda-tanda ajal Rasulullah mulai tampak, dan beliau wafat di rumah Aisyah, pada hari gilirannya, dan di pangkuannya.
2. Mengapa Rasulullah meminta siwak saat momen terakhirnya? Rasulullah menginginkan siwak untuk membersihkan giginya sebagai salah satu tindakan sunnah sebelum wafat.
3. Apa pesan yang terkandung dalam momen Rasulullah memasukkan tangannya ke dalam air? Rasulullah mengingatkan umatnya tentang kepastian kematian dan pentingnya mempersiapkan diri menghadapinya.
4. Kapan tepatnya Rasulullah wafat? Rasulullah wafat pada tanggal 8 Juni 632 M, pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriyah.
5. Apa yang dapat kita pelajari dari detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah? Momen ini mengingatkan kita akan kepastian kematian dan pentingnya mempersiapkan diri secara spiritual menghadapinya.