Cara Membuat Power Amplifier, Komponen, dan Biaya

Power amplifier adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk memperkuat sinyal audio agar dapat menggerakkan speaker dengan suara yang keras dan jernih. Power amplifier banyak digunakan untuk keperluan audio outdoor, seperti hajatan, konser, atau pengeras suara. Power amplifier juga bisa digunakan untuk audio indoor, seperti home theater, karaoke, atau speaker aktif.

Membuat power amplifier sendiri bisa menjadi alternatif yang menarik bagi Anda yang ingin memiliki perangkat audio berkualitas dengan biaya yang lebih murah. Selain itu, membuat power amplifier sendiri juga bisa menjadi hobi yang menyenangkan bagi Anda yang suka dengan dunia elektronika.

Namun, bagaimana cara membuat power amplifier sendiri? Apa saja komponen yang dibutuhkan? Berapa biaya yang harus dikeluarkan? Pada artikel ini, kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan lengkap dan detail. Simak ulasan berikut ini.

Cara Membuat Power Amplifier

Untuk membuat power amplifier sendiri, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah:

  1. Memilih jenis dan daya power amplifier
  2. Memilih komponen dan bahan-bahan yang diperlukan
  3. Membuat rangkaian power amplifier
  4. Membuat PCB (printed circuit board)
  5. Merakit power amplifier
  6. Testing power amplifier

Berikut adalah penjelasan masing-masing langkah tersebut.

1. Memilih Jenis dan Daya Power Amplifier

Langkah pertama dalam membuat power amplifier adalah memilih jenis dan daya power amplifier yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda. Jenis power amplifier dapat dibedakan berdasarkan jumlah kanal (channel) outputnya, yaitu mono, stereo, atau multi-channel.

  • Mono: power amplifier yang hanya memiliki satu kanal output, biasanya digunakan untuk pengeras suara atau subwoofer.
  • Stereo: power amplifier yang memiliki dua kanal output, yaitu kanan (right) dan kiri (left), biasanya digunakan untuk sistem audio dua arah (two-way) atau tiga arah (three-way).
  • Multi-channel: power amplifier yang memiliki lebih dari dua kanal output, biasanya digunakan untuk sistem audio surround sound atau home theater.

Daya power amplifier dapat dibedakan berdasarkan besarnya daya output yang dihasilkan oleh rangkaian penguatnya. Daya output ini biasanya diukur dalam satuan watt (W). Semakin besar daya outputnya, semakin besar pula suara yang dihasilkan oleh speaker.

Namun, daya output ini juga dipengaruhi oleh impedansi speaker yang digunakan. Impedansi speaker adalah ukuran hambatan listrik yang ditimbulkan oleh speaker terhadap arus listrik yang mengalirinya. Impedansi speaker biasanya diukur dalam satuan ohm (Ω).

Semakin rendah impedansi speaker, semakin besar pula arus listrik yang mengalirinya, sehingga semakin besar pula daya output yang dihasilkan oleh power amplifier. Namun, hal ini juga berarti semakin besar pula panas yang ditimbulkan oleh rangkaian penguatnya.

Oleh karena itu, Anda harus memperhatikan impedansi speaker yang sesuai dengan daya output power amplifier yang Anda pilih. Biasanya, impedansi speaker yang umum digunakan adalah 4 Ω, 8 Ω, atau 16 Ω.

Anda juga harus memperhatikan efisiensi dari power amplifier yang Anda pilih. Efisiensi adalah perbandingan antara daya output dengan daya input dari power amplifier. Efisiensi ini biasanya diukur dalam persen (%).

Semakin tinggi efisiensi dari power amplifier, semakin sedikit pula daya input yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya output tertentu. Hal ini berarti semakin hemat pula konsumsi listrik dan panas yang ditimbulkan oleh rangkaian penguatnya.

Namun, efisiensi ini juga dipengaruhi oleh kelas dari power amplifier. Kelas dari power amplifier adalah kategori yang menunjukkan cara kerja dari rangkaian penguatnya dalam mengatur arus listrik ke speaker.

Ada beberapa kelas dari power amplifier yang umum digunakan, yaitu kelas A, kelas B, kelas AB, dan kelas D.

  • Kelas A: power amplifier yang rangkaian penguatnya selalu aktif dan mengalirkan arus listrik penuh ke speaker, sehingga menghasilkan suara yang paling jernih dan linier. Namun, kelas A juga memiliki efisiensi yang paling rendah, yaitu sekitar 25%, sehingga membutuhkan daya input yang besar dan menghasilkan panas yang tinggi.
  • Kelas B: power amplifier yang rangkaian penguatnya hanya aktif setengah siklus dan mengalirkan arus listrik setengah ke speaker, sehingga menghemat daya input dan panas. Namun, kelas B juga menghasilkan suara yang kurang linier dan distorsi yang tinggi, terutama pada titik nol arus listrik.
  • Kelas AB: power amplifier yang rangkaian penguatnya merupakan kombinasi antara kelas A dan kelas B, sehingga menghasilkan suara yang lebih linier dan distorsi yang lebih rendah daripada kelas B. Kelas AB juga memiliki efisiensi yang lebih tinggi daripada kelas A, yaitu sekitar 50%, sehingga lebih hemat daya input dan panas daripada kelas A.
  • Kelas D: power amplifier yang rangkaian penguatnya menggunakan prinsip switching atau pemutusan arus listrik secara cepat dan berulang-ulang ke speaker, sehingga menghasilkan suara yang digital. Kelas D memiliki efisiensi yang paling tinggi, yaitu sekitar 90%, sehingga sangat hemat daya input dan panas. Namun, kelas D juga menghasilkan suara yang kurang alami dan noise yang tinggi.

Anda dapat memilih jenis, daya, efisiensi, dan kelas dari power amplifier sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda. Misalnya, jika Anda ingin membuat power amplifier untuk audio outdoor dengan suara yang keras dan jernih, Anda dapat memilih power amplifier stereo dengan daya output sekitar 300 W per kanal, efisiensi sekitar 50%, dan kelas AB.

2. Memilih Komponen dan Bahan-Bahan yang Diperlukan

Langkah kedua dalam membuat power amplifier adalah memilih komponen dan bahan-bahan yang diperlukan untuk merakit power amplifier. Komponen dan bahan-bahan ini antara lain adalah:

  • Transistor:
    komponen aktif yang berfungsi sebagai penguat arus listrik dalam rangkaian power amplifier. Transistor biasanya terdiri dari tiga terminal, yaitu emitter (E), base (B), dan collector ©. Ada beberapa jenis transistor yang dapat digunakan untuk power amplifier, seperti transistor bipolar junction (BJT), transistor field effect (FET), atau transistor metal oxide semiconductor field effect (MOSFET).
  • Resistor:
    komponen pasif yang berfungsi untuk mengatur arus listrik dalam rangkaian power amplifier. Resistor biasanya memiliki dua terminal dan nilai hambatan listrik tertentu yang diukur dalam satuan ohm (Ω).
  • Kapasitor:
    komponen pasif yang berfungsi untuk menyimpan dan melepaskan energi listrik dalam rangkaian power amplifier. Kapasitor biasanya memiliki dua terminal dan nilai kapasitansi tertentu yang diukur dalam satuan farad (F).
  • Dioda:
    komponen pasif yang berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC dalam rangkaian power supply power amplifier. Dioda biasanya memiliki dua terminal, yaitu anoda (A) dan katoda (K), dan hanya mengizinkan arus listrik mengalir dari anoda ke katoda.
  • Potensiometer:
    komponen pasif yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya tegangan atau arus listrik dalam rangkaian power amplifier. Potensiometer biasanya memiliki tiga terminal, yaitu terminal tengah (T) dan dua terminal samping (S1) dan (S2), serta sebuah knob untuk memutar terminal tengahnya.
  • Transformator:
    komponen pasif yang berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan tegangan AC sesuai dengan kebutuhan rangkaian power supply power amplifier. Transformator biasanya memiliki dua bagian utama, yaitu primer (P) dan sekunder (S), serta beberapa terminal sesuai dengan jumlah lilitan kawatnya.
  • Elko:
    singkatan dari elektolik kondensator, yaitu jenis kapasitor yang memiliki polaritas tertentu dan nilai kapasitansi yang besar, biasanya digunakan untuk menyaring dan menstabilkan tegangan DC dalam rangkaian power supply power amplifier. Elko biasanya memiliki dua terminal, yaitu positif (+) dan negatif (-), serta nilai kapasitansi dan tegangan kerja tertentu yang tertera pada bodinya.
  • LED:
    singkatan dari light emitting diode, yaitu jenis dioda yang dapat mengeluarkan cahaya saat dialiri arus listrik, biasanya digunakan untuk indikator atau lampu pada power amplifier. LED biasanya memiliki dua terminal, yaitu anoda (A) dan katoda (K), serta warna cahaya tertentu sesuai dengan jenisnya.
  • Saklar:
    komponen pasif yang berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dalam rangkaian power amplifier. Saklar biasanya memiliki dua terminal, yaitu input (I) dan output (O), serta sebuah tombol untuk mengaktifkan atau menonaktifkan saklarnya.
  • Fuse:
    komponen pasif yang berfungsi untuk melindungi rangkaian power amplifier dari arus listrik yang berlebihan atau hubung singkat. Fuse biasanya memiliki dua terminal, yaitu input (I) dan output (O), serta sebuah kawat halus yang akan putus jika arus listrik melebihi batas tertentu.
  • Kabel:
    bahan yang berfungsi untuk menghubungkan komponen-komponen dalam rangkaian power amplifier. Kabel biasanya terdiri dari inti kawat tembaga yang dilapisi oleh isolator plastik. Kabel dapat dibedakan berdasarkan ukuran diameternya, yaitu AWG (American Wire Gauge).
  • Solder:
    bahan yang berfungsi untuk menyambungkan komponen-komponen dalam rangkaian power amplifier. Solder biasanya terdiri dari campuran timah dan timbal yang dapat meleleh saat dipanaskan oleh solder uap. Solder dapat dibedakan berdasarkan ukuran diameternya, yaitu SWG (Standard Wire Gauge).
  • Solder uap:
    alat yang berfungsi untuk memanaskan solder agar dapat meleleh dan menyambungkan komponen-komponen dalam rangkaian power amplifier. Solder uap biasanya terdiri dari sebuah gagang plastik yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan ujung logam yang dapat dipanaskan hingga suhu tertentu.
  • Tang:
    alat yang berfungsi untuk memotong, membengkokkan, atau menggenggam kabel atau komponen dalam rangkaian power amplifier. Tang biasanya terdiri dari dua bagian utama, yaitu kepala tang yang dilengkapi dengan rahang-rahang dan gagang tang yang dilapisi oleh karet atau plastik.
  • Obeng:
    alat yang berfungsi untuk memasang atau melepas sekrup atau baut pada power amplifier. Obeng biasanya terdiri dari sebuah gagang plastik atau kayu yang dilengkapi dengan ujung logam yang dapat disesuaikan dengan bentuk kepala sekrup atau baut.
  • Sekrup atau baut:
    bahan yang berfungsi untuk mengencangkan atau mengikat komponen-komponen pada power amplifier. Sekrup atau baut biasanya terdiri dari sebuah batang logam yang dilengkapi dengan ulir-ulir dan kepala tertentu sesuai dengan jenisnya.
  • Mur:
    bahan yang berfungsi untuk mengunci sekrup atau baut pada power amplifier. Mur biasanya terdiri dari sebuah cincin logam yang dilengkapi dengan lubang-lubang sesuai dengan ukuran sekrup atau baut.
  • Casing:
    bahan yang berfungsi untuk melindungi rangkaian power amplifier dari debu, air, atau benturan fisik. Casing biasanya terbuat dari logam, plastik, kayu, atau akrilik sesuai dengan selera Anda.
  • Speaker:
    perangkat akhir yang berfungsi untuk mengubah sinyal audio menjadi gelombang suara yang dapat didengar oleh telinga manusia. Speaker biasanya terdiri dari sebuah magnet permanen, sebuah kumparan tembaga, sebuah membran fleksibel, dan sebuah kerangka penyangga.
Baca Juga:  Teknologi Inverter: Inovasi yang Mengubah Dunia Elektronik dan Energi

Anda dapat memilih komponen dan bahan-bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi dan ketersediaan di pasaran. Anda juga dapat mencari referensi tentang harga dan kualitas dari komponen dan bahan-bahan tersebut di internet atau toko elektronik terdekat.

Berikut adalah rincian biaya untuk membuat power amplifier stereo dengan daya output sekitar 300 W per kanal, efisiensi sekitar 50%, dan kelas AB, berdasarkan harga komponen dan bahan-bahan yang saya temukan di internet.

Komponen/Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
Transistor BJT (TIP41C, TIP42C, MJ15003, MJ15004) 12 buah Rp 15.000 Rp 180.000
Resistor (10 Ω, 100 Ω, 1 kΩ, 10 kΩ, 47 kΩ) 28 buah Rp 500 Rp 14.000
Kapasitor (100 nF, 1 µF, 10 µF, 100 µF, 2200 µF) 12 buah Rp 2.000 Rp 24.000
Dioda (1N4007) 4 buah Rp 500 Rp 2.000
Potensiometer (10 kΩ, 100 kΩ) 4 buah Rp 5.000 Rp 20.000
Transformator (40 V, 10 A) 1 buah Rp 250.000 Rp 250.000
Elko (2200 µF, 50 V) 4 buah Rp 10.000 Rp 40.000
LED (merah, hijau) 4 buah Rp 1.000 Rp 4.000
Saklar (toggle) 4 buah Rp 5.000 Rp 20.000
Fuse (10 A) 4 buah Rp 2.500 Rp 10.000
Kabel AWG (hitam, merah) 5 meter Rp 2.500/meter Rp 12.500
Solder SWG (timah, timbal) 100 gram Rp 15.000/100 gram Rp 15.000
PCB (bahan isolator, lapisan tembaga) 1 lembar ukuran A4 Rp 25.000/lembar Rp 25.000
Kertas transfer atau glossy atau stiker untuk PCB 1 lembar ukuran A4 Rp 5.000/lembar Rp 5.000
Larutan kimia untuk etching PCB (asam klorida atau asam nitrat atau asam sulfat atau air raksa) secukupnya
Sekrup atau baut dan mur untuk speaker, transformator, PCB, dan casing secukupnya
Casing (logam, plastik, kayu, atau akrilik) sesuai selera Anda secukupnya
Speaker (4 Ω atau 8 Ω) sesuai selera Anda secukupnya
Baca Juga:  Macam-Macam Fungsi Barcode Scanning dan Contohnya

Total biaya yang diperlukan untuk membuat power amplifier stereo dengan spesifikasi tersebut adalah sekitar Rp 622.500 belum termasuk biaya speaker dan casing.

Namun, biaya ini dapat berubah tergantung pada harga pasar dan kualitas dari komponen dan bahan-bahan yang Anda gunakan. Anda juga dapat menghemat biaya dengan menggunakan komponen dan bahan-bahan bekas yang masih layak pakai.

3. Membuat Rangkaian Power Amplifier

Langkah ketiga dalam membuat power amplifier adalah membuat rangkaian power amplifier sesuai dengan jenis, daya, efisiensi, dan kelas yang telah Anda pilih. Rangkaian power amplifier biasanya terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu:

  • Rangkaian input: bagian yang berfungsi untuk menerima sinyal audio dari sumber suara, seperti ponsel, laptop, atau pemutar musik, dan mengubahnya menjadi sinyal listrik yang sesuai dengan level tegangan dan impedansi power amplifier.
  • Rangkaian penguat: bagian yang berfungsi untuk memperkuat sinyal listrik dari rangkaian input agar dapat menggerakkan speaker dengan suara yang keras dan jernih. Rangkaian penguat biasanya terdiri dari beberapa tahap, yaitu penguat pra (pre-amplifier), penguat antara (driver), dan penguat akhir (final).
  • Rangkaian output: bagian yang berfungsi untuk menghubungkan rangkaian penguat dengan speaker dan mengatur impedansi dan polaritasnya agar sesuai dengan spesifikasi speaker.
  • Rangkaian feedback: bagian yang berfungsi untuk mengembalikan sebagian sinyal output ke rangkaian input agar dapat mengurangi distorsi dan meningkatkan stabilitas power amplifier.
  • Rangkaian proteksi: bagian yang berfungsi untuk melindungi rangkaian power amplifier dari kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan, hubung singkat, atau panas yang tinggi.

Anda dapat membuat rangkaian power amplifier dengan menggunakan skema atau diagram yang dapat Anda cari di internet atau buku-buku elektronika. Anda juga dapat membuat rangkaian power amplifier dengan menggunakan aplikasi simulasi elektronika, seperti Multisim, Proteus, atau LTspice.

Berikut adalah contoh skema rangkaian power amplifier stereo dengan daya output sekitar 300 W per kanal, efisiensi sekitar 50%, dan kelas AB.

skema rangkaian power amplifier stereo dengan daya output sekitar 300 W

Pada skema tersebut, Anda dapat melihat beberapa komponen dan simbol-simbol yang digunakan, yaitu:

  • VCC: tegangan DC positif yang diberikan ke rangkaian power amplifier, biasanya sekitar 40 V.
  • GND: ground atau titik nol potensial dalam rangkaian power amplifier.
  • INL dan INR: input sinyal audio kiri dan kanan dari sumber suara.
  • OUTL dan OUTR: output sinyal audio kiri dan kanan ke speaker.
  • RL dan RR: beban atau impedansi speaker kiri dan kanan, biasanya sekitar 4 Ω atau 8 Ω.
  • Q1-Q12: transistor BJT NPN atau PNP yang digunakan sebagai penguat pra, penguat antara, dan penguat akhir. Anda dapat menggunakan jenis transistor apa saja yang sesuai dengan spesifikasi daya outputnya, seperti TIP41C, TIP42C, MJ15003, MJ15004, 2SC5200, atau 2SA1943.
  • R1-R28: resistor yang digunakan untuk mengatur arus listrik dalam rangkaian power amplifier. Anda dapat menggunakan nilai resistor apa saja yang sesuai dengan skema tersebut, seperti 10 Ω, 100 Ω, 1 kΩ, 10 kΩ, atau 47 kΩ.
  • C1-C12: kapasitor yang digunakan untuk menyimpan dan melepaskan energi listrik dalam rangkaian power amplifier. Anda dapat menggunakan nilai kapasitor apa saja yang sesuai dengan skema tersebut, seperti 100 nF, 1 µF, 10 µF, 100 µF, atau 2200 µF.
  • D1-D4: dioda yang digunakan untuk melindungi transistor dari arus balik saat speaker dimatikan. Anda dapat menggunakan jenis dioda apa saja yang sesuai dengan spesifikasi tegangan kerjanya, seperti 1N4007 atau 1N5408.
  • RV1-RV4: potensiometer yang digunakan untuk mengatur besar kecilnya volume atau gain dari sinyal audio. Anda dapat menggunakan nilai potensiometer apa saja yang sesuai dengan skema tersebut, seperti 10 kΩ atau 100 kΩ.
  • LED1-LED4: LED yang digunakan untuk indikator atau lampu pada power amplifier. Anda dapat menggunakan warna LED apa saja yang sesuai dengan selera Anda, seperti merah, hijau, biru, atau kuning.
  • SW1-SW4: saklar yang digunakan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan power amplifier atau speaker. Anda dapat menggunakan jenis saklar apa saja yang sesuai dengan skema tersebut, seperti saklar toggle, saklar push, atau saklar slide.
  • F1-F4: fuse yang digunakan untuk melindungi rangkaian power amplifier dari arus listrik yang berlebihan atau hubung singkat. Anda dapat menggunakan nilai fuse apa saja yang sesuai dengan spesifikasi arus maksimalnya, seperti 2 A, 5 A, 10 A, atau 15 A.

Anda dapat mengikuti skema tersebut untuk membuat rangkaian power amplifier Anda. Namun, Anda juga dapat melakukan modifikasi atau improvisasi sesuai dengan kreativitas dan kemampuan Anda. Misalnya, Anda dapat menambahkan rangkaian tone control untuk mengatur nada bass, treble, atau mid dari sinyal audio. Anda juga dapat menambahkan rangkaian filter untuk menghilangkan noise atau gangguan dari sinyal audio.

Baca Juga:  Pengertian dan Kelebihan Sensor Suhu LM35 dan Skema

4. Membuat PCB (Printed Circuit Board)

Langkah keempat dalam membuat power amplifier adalah membuat PCB (printed circuit board) atau papan sirkuit cetak yang berfungsi untuk menempatkan dan menyambungkan komponen-komponen dalam rangkaian power amplifier. PCB biasanya terbuat dari bahan isolator yang dilapisi oleh lapisan tembaga tipis yang dapat dibentuk menjadi jalur-jalur konduktor sesuai dengan skema rangkaian.

Anda dapat membuat PCB dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:

  • Metode transfer: metode yang menggunakan kertas transfer atau kertas foto untuk mentransfer gambar jalur-jalur konduktor dari skema rangkaian ke lapisan tembaga pada PCB dengan cara dipanaskan oleh setrika atau laminator.
  • Metode cetak: metode yang menggunakan printer laser atau inkjet untuk mencetak gambar jalur-jalur konduktor dari skema rangkaian ke kertas glossy atau kertas stiker yang kemudian ditempelkan ke lapisan tembaga pada PCB.
  • Metode garis: metode yang menggunakan spidol permanen atau cutter untuk menggambar jalur-jalur konduktor dari skema rangkaian langsung ke lapisan tembaga pada PCB.

Setelah gambar jalur-jalur konduktor terbentuk pada lapisan tembaga pada PCB, Anda dapat melakukan proses etching atau pengikisan lapisan tembaga yang tidak dibutuhkan dengan menggunakan larutan kimia tertentu, seperti asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam sulfat (H2SO4), atau air raksa (Hg).

Setelah proses etching selesai, Anda dapat membersihkan PCB dengan menggunakan air bersih dan mengeringkannya dengan kain atau tisu. Kemudian, Anda dapat melubangi PCB sesuai dengan posisi terminal-terminal komponen dalam skema rangkaian dengan menggunakan bor tangan atau bor listrik.

Berikut adalah contoh gambar PCB untuk rangkaian power amplifier stereo dengan daya output sekitar 300 W per kanal, efisiensi sekitar 50%, dan kelas AB.

gambar PCB untuk rangkaian power amplifier

Pada gambar tersebut, Anda dapat melihat beberapa simbol-simbol yang digunakan, yaitu:

  • Lingkaran hitam: lubang-lubang untuk terminal-terminal komponen dalam rangkaian power amplifier.
  • Garis hitam: jalur-jalur konduktor yang menyambungkan terminal-terminal komponen dalam rangkaian power amplifier.
  • Kotak putih: label-label untuk nama-nama komponen dalam rangkaian power amplifier.

Anda dapat mengikuti gambar tersebut untuk membuat PCB power amplifier Anda. Namun, Anda juga dapat melakukan modifikasi atau improvisasi sesuai dengan kreativitas dan kemampuan Anda. Misalnya, Anda dapat menambahkan logo atau nama Anda pada PCB sebagai tanda identitas. Anda juga dapat menyesuaikan ukuran dan bentuk PCB sesuai dengan casing yang akan digunakan.

5. Merakit Power Amplifier

Langkah kelima dalam membuat power amplifier adalah merakit power amplifier dengan menyambungkan komponen-komponen pada PCB dan memasangnya pada casing. Untuk merakit power amplifier, Anda membutuhkan beberapa alat dan bahan tambahan, yaitu:

  • Solder: bahan yang digunakan untuk menyambungkan komponen-komponen pada PCB dengan cara melelehkannya menggunakan solder uap.
  • Tang: alat yang digunakan untuk memotong, membengkokkan, atau menggenggam kabel atau komponen pada PCB.
  • Obeng: alat yang digunakan untuk memasang atau melepas sekrup atau baut pada casing.
  • Sekrup atau baut: bahan yang digunakan untuk mengencangkan atau mengikat PCB pada casing.
  • Mur: bahan yang digunakan untuk mengunci sekrup atau baut pada casing.
  • Casing: bahan yang digunakan untuk melindungi PCB dari debu, air, atau benturan fisik.

Untuk merakit power amplifier, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini:

  1. Pasang komponen-komponen pada PCB sesuai dengan skema rangkaian dan gambar PCB. Pastikan terminal-terminal komponen sesuai dengan lubang-lubang pada PCB. Gunakan tang untuk membengkokkan kaki-kaki komponen agar rapi dan tidak saling bersentuhan. Gunakan solder uap dan solder untuk menyambungkan kaki-kaki komponen dengan jalur-jalur konduktor pada PCB. Potong kaki-kaki komponen yang berlebihan dengan tang.
  2. Pasang speaker pada casing sesuai dengan posisi output sinyal audio kiri dan kanan. Pastikan polaritas speaker sesuai dengan polaritas output sinyal audio. Gunakan sekrup atau baut dan mur untuk mengencangkan speaker pada casing. Sambungkan kabel dari terminal-terminal speaker ke terminal-terminal output sinyal audio pada PCB.
  3. Pasang transformator pada casing sesuai dengan posisi input tegangan AC dari sumber listrik. Pastikan polaritas transformator sesuai dengan polaritas input tegangan AC. Gunakan sekrup atau baut dan mur untuk mengencangkan transformator pada casing. Sambungkan kabel dari terminal-terminal primer transformator ke terminal-terminal input tegangan AC pada PCB. Sambungkan kabel dari terminal-terminal sekunder transformator ke terminal-terminal VCC dan GND pada PCB.
  4. Pasang saklar, fuse, LED, potensiometer, dan konektor input sinyal audio pada casing sesuai dengan posisi yang diinginkan. Gunakan sekrup atau baut dan mur untuk mengencangkan komponen-komponen tersebut pada casing. Sambungkan kabel dari terminal-terminal komponen-komponen tersebut ke terminal-terminal yang sesuai pada PCB.
  5. Pasang PCB pada casing sesuai dengan posisi yang diinginkan. Gunakan sekrup atau baut dan mur untuk mengencangkan PCB pada casing.
  6. Periksa kembali semua sambungan kabel dan komponen pada power amplifier. Pastikan tidak ada kabel atau komponen yang terlepas, terbalik, atau tersingkat.

Selamat, Anda telah berhasil merakit power amplifier Anda sendiri. Sekarang, Anda dapat mencoba menguji kinerja power amplifier Anda dengan cara menghubungkannya ke sumber listrik dan sumber suara, lalu menyalakannya dan menyesuaikan volume atau gainnya.

Semoga artikel ini dapat membantu Anda dalam membuat power amplifier sendiri. Jika Anda memiliki pertanyaan, saran, atau masukan, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *