kra, bacalah!” Nabi Muhammad SAW menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad SAW lagi dan berkata: “Iqra, bacalah!” Nabi Muhammad SAW menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad SAW untuk ketiga kalinya dan berkata: “Iqra, bacalah!” Kemudian malaikat Jibril membacakan wahyu pertama yang berbunyi:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam,
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Nabi Muhammad SAW pun mengulangi apa yang dibacakan oleh malaikat Jibril. Setelah itu, malaikat Jibril menghilang. Nabi Muhammad SAW merasa ketakutan dan gemetar. Beliau segera pulang ke rumahnya dan meminta Khadijah untuk menutupi beliau dengan selimut. Beliau berkata kepada Khadijah: “Aku khawatir akan diriku.”
Khadijah pun menenangkan Nabi Muhammad SAW dan berkata: “Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinamu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambung silaturahmi, menolong orang yang lemah, memberi kepada orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan membantu kebenaran.” Khadijah kemudian membawa Nabi Muhammad SAW ke rumah pamannya, Waraqah bin Naufal, yang merupakan seorang ahli kitab.
Waraqah bin Naufal mendengarkan kisah Nabi Muhammad SAW tentang pertemuannya dengan malaikat Jibril. Waraqah bin Naufal pun berkata: “Ini adalah malaikat yang diturunkan Allah kepada Musa. Sesungguhnya engkau adalah nabi umat ini. Engkau akan disampaikan risalah dari Allah. Engkau akan diingkari oleh kaummu. Engkau akan diusir dari negerimu. Engkau akan berperang dengan mereka. Dan jika aku masih hidup pada saat itu, aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga.”
Demikianlah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tanda bahwa beliau adalah nabi dan rasul Allah SWT.
Periode Makkah dalam Sejarah Nabi Muhammad SAW
Periode Makkah adalah periode pertama dalam sejarah Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul Allah SWT. Periode ini berlangsung selama 13 tahun, dari tahun 610 Masehi hingga 622 Masehi. Periode ini ditandai dengan berbagai peristiwa penting yang terjadi di kota Makkah dan sekitarnya.
Dakwah Rahasia Nabi Muhammad SAW
Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW mulai menyampaikan dakwah (seruan) Islam secara rahasia kepada keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya. Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT semata-mata tanpa sekutu dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala.
Orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Khadijah selalu mendukung dan membantu Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan dakwahnya. Khadijah juga menjadi penolong dan penasihat bagi Nabi Muhammad SAW.
Orang kedua yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah anak angkatnya, Ali bin Abi Thalib. Ali adalah sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Ali beriman kepada Nabi Muhammad SAW ketika berusia 10 tahun. Ali selalu setia dan berani membela Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Orang ketiga yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah sahabat karibnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar adalah seorang pedagang kaya, cerdas, dan terhormat di Makkah. Abu Bakar beriman kepada Nabi Muhammad SAW tanpa ragu-ragu ketika mendengar dakwahnya. Abu Bakar juga menjadi orang yang paling banyak mengajak orang lain untuk masuk Islam.
Orang-orang yang masuk Islam melalui Abu Bakar antara lain adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Mereka semua adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan julukan Ash-Shabah al-Asharah (sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga).
Selain itu, ada juga sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang masuk Islam secara langsung atau melalui orang lain, seperti Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir, Mus’ab bin Umair, Salman al-Farisi, Suhaib ar-Rumi, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Haritsah, dan lain-lain. Mereka semua adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang setia dan berjasa dalam menyebarkan Islam.
Dakwah Terbuka Nabi Muhammad SAW
Setelah tiga tahun menyampaikan dakwah secara rahasia, Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyampaikan dakwah secara terbuka kepada seluruh penduduk Makkah. Perintah ini terdapat dalam surat Al-Hijr ayat 94 yang berbunyi:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Maka sampaikanlah dengan terang-terangan apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Nabi Muhammad SAW pun mulai menyampaikan dakwah secara terbuka dengan mengajak orang-orang Makkah untuk menyembah Allah SWT semata-mata tanpa sekutu dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala. Beliau juga mengajak mereka untuk beriman kepada hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab suci, nabi-nabi, dan takdir Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan akhlak dan budi pekerti, seperti menjauhi dosa-dosa besar (kabair), seperti syirik (menyekutukan Allah), zina (perzinahan), qathl (pembunuhan), riba (bunga), sariqah (pencurian), kizb (dusta), ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dan lain-lain.
Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan ibadah dan syariat, seperti shalat (sembahyang), zakat (sedekah wajib), shaum (puasa), haji (naik ke Baitullah), jihad (berjuang di jalan Allah), hijrah (berpindah dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman), dan lain-lain.
Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan muamalah dan masyarakat, seperti ukhuwah (persaudaraan), adl (keadilan), amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran), shura (musyawarah), ta’awun (tolong-menolong), tawadhu’ (rendah hati), sabar (bersabar), syukur (bersyukur (bersyukur), dan lain-lain.
Dakwah terbuka Nabi Muhammad SAW ini bertujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari kesesatan dan kegelapan menuju hidayah dan cahaya Allah SWT. Dakwah ini juga bertujuan untuk membangun peradaban Islam yang berlandaskan tauhid (pengesaan Allah), risalah (kenabian Muhammad), dan akhirat (kehidupan setelah mati).
Penentangan dan Penganiayaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan Para Pengikutnya
Dakwah terbuka Nabi Muhammad SAW ini tidak disambut baik oleh sebagian besar penduduk Makkah, terutama oleh para pemimpin suku Quraisy. Mereka merasa terancam dengan dakwah Nabi Muhammad SAW yang mengajak mereka untuk meninggalkan tradisi-tradisi nenek moyang mereka yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Mereka juga merasa khawatir dengan kehilangan kedudukan, kekuasaan, dan kekayaan mereka yang sebagian besar berasal dari perdagangan dan penyembahan berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Mereka khawatir bahwa jika orang-orang Makkah masuk Islam, maka mereka akan kehilangan pengaruh dan penghasilan mereka dari para peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Oleh karena itu, mereka mulai menentang dan menganiaya Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dengan berbagai cara. Mereka mencoba untuk menghalang-halangi, menghina, mengejek, memfitnah, memboikot, menyerang, menyiksa, membunuh, dan mengusir Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dari kota Makkah.
Beberapa contoh penentangan dan penganiayaan yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah sebagai berikut:
- Abu Lahab, paman sekaligus musuh Nabi Muhammad SAW, selalu mengganggu dan mencela beliau ketika beliau sedang berdakwah. Ia juga memerintahkan istrinya, Ummu Jamil, untuk melemparkan batu-batu dan duri-duri ke jalan yang dilewati oleh Nabi Muhammad SAW.
- Abu Jahal, pemimpin suku Quraisy yang paling benci kepada Nabi Muhammad SAW, pernah melemparkan isi perut unta ke punggung Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang sujud di depan Ka’bah. Ia juga pernah mencoba untuk membunuh Nabi Muhammad SAW dengan menghantamkan batu besar ke kepala beliau.
- Uqbah bin Abi Mu’ith, salah satu pemimpin suku Quraisy yang sombong dan angkuh, pernah mencoba untuk mencekik Nabi Muhammad SAW dengan kainnya ketika beliau sedang berdakwah di depan Ka’bah. Ia juga pernah meludahi wajah Nabi Muhammad SAW dengan penuh kebencian.
- Umar bin Khattab, sebelum masuk Islam, pernah berniat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW dengan membawa pedangnya. Namun, ia berubah pikiran setelah mendengar bacaan Al-Quran dari saudaranya yang telah masuk Islam. Ia kemudian masuk Islam dan menjadi salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling kuat imannya.
- Bilal bin Rabah, seorang budak yang masuk Islam tanpa seizin tuannya, Umayyah bin Khalaf, pernah disiksa dengan cara diletakkan di atas pasir panas di bawah terik matahari. Ia juga diberi beban berat di atas dadanya agar ia mau meninggalkan Islam. Namun, ia tetap teguh dengan imannya dan hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” (Satu, Satu).
- Ammar bin Yasir dan orang tuanya, Yasir dan Sumayyah, adalah keluarga pertama yang masuk Islam. Mereka disiksa dengan cara ditelanjangi, dipukuli, ditusuk-tusuk dengan besi panas oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya. Sumayyah menjadi wanita pertama yang syahid di jalan Allah karena dibunuh oleh Abu Jahal.
- Mus’ab bin Umair, seorang pemuda tampan, kaya, dan terhormat di Makkah, pernah diusir dan diceraikan oleh ibunya ketika ia masuk Islam. Ia juga kehilangan semua harta bendanya karena memilih Islam. Ia kemudian menjadi utusan Nabi Muhammad SAW ke Madinah dan menjadi syahid dalam perang Uhud.
- Salman al-Farisi, seorang pendeta Persia yang mencari kebenaran agama, pernah ditipu dan dijadikan budak oleh seorang pedagang Yahudi. Ia kemudian dibebaskan oleh Abu Darda, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, setelah ia masuk Islam. Ia kemudian menjadi salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling cerdas dan ahli dalam ilmu perang.
- Suhaib ar-Rumi, seorang pedagang Yunani yang masuk Islam, pernah dikejar-kejar oleh orang-orang Quraisy ketika ia hendak hijrah ke Madinah. Ia kemudian menyerahkan semua hartanya kepada mereka agar ia bisa hijrah dengan tenang. Ia kemudian mendapatkan pujian dari Nabi Muhammad SAW yang berkata: “Suhaib telah mendapat untung besar.”
- Abdullah bin Mas’ud, seorang gembala kambing yang masuk Islam, pernah berani membaca Al-Quran di depan Ka’bah di tengah-tengah orang-orang Quraisy. Ia kemudian dipukuli dan ditendangi oleh mereka sampai berdarah-darah. Ia kemudian menjadi salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling hafal Al-Quran.
Demikianlah beberapa contoh penentangan dan penganiayaan yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya di kota Makkah. Namun, mereka tetap sabar, tabah, dan teguh dengan iman mereka. Mereka tidak pernah putus asa atau menyerah kepada musuh-musuh mereka.
Peristiwa Penting Lainnya dalam Periode Makkah
Selain penentangan dan penganiayaan, ada juga beberapa peristiwa penting lainnya yang terjadi dalam periode Makkah. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Isra’ Mi’raj: Perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem dengan menggunakan Buraq, seekor binatang mirip kuda yang dapat terbang. Kemudian beliau naik ke langit dengan menggunakan Mi’raj, sebuah tangga cahaya yang dapat membawa beliau ke Sidratul Muntaha, batas antara alam semesta dan alam Allah SWT. Di sana beliau bertemu dengan Allah SWT dan menerima perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam.
- Hijrah Pertama ke Habsyah: Perpindahan sebagian sahabat Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Habsyah (sekarang Ethiopia) untuk menghindari penganiayaan dari orang-orang Quraisy. Mereka disambut baik oleh raja Habsyah, An-Najasyi, yang kemudian masuk Islam setelah mendengar bacaan Al-Quran dari Ja’far bin Abi Thalib.
- Pembaiatan Aqabah Pertama: Pertemuan rahasia antara Nabi Muhammad SAW dengan 12 orang laki-laki dari suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib (sekarang Madinah). Mereka berjanji untuk mendukung dan melindungi Nabi Muhammad SAW jika beliau hijrah ke Yatsrib.
- Pembaiatan Aqabah Kedua: Pertemuan rahasia antara Nabi Muhammad SAW dengan 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dari suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib. Mereka berjanji untuk mendukung dan melindungi Nabi Muhammad SAW jika beliau hijrah ke Yatsrib. Mereka juga berjanji untuk memerangi siapa pun yang memerangi beliau.
- Hijrah Ke Madinah: Perpindahan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah untuk menghindari rencana pembunuhan dari orang-orang Quraisy. Nabi Muhammad SAW hijrah bersama dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabatnya yang paling setia. Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga hari untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang mengejar mereka. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan dibantu oleh Abdullah bin Uraiqit, seorang pandu yang beragama Majusi. Mereka disambut dengan sukacita oleh penduduk Madinah yang telah menanti kedatangan mereka.
Demikianlah akhir dari periode Makkah dalam sejarah Nabi Muhammad SAW. Periode ini adalah periode yang penuh dengan ujian, cobaan, dan kesabaran bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Namun, periode ini juga adalah periode yang penuh dengan keajaiban, mukjizat, dan hidayah dari Allah SWT.
Baca juga: