Letak Geografis
Letak Masjid Agung Banten berada di Jl. Masjid Agung, Desa Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten dalam koordinat geografis 6.0360°S 106.1540°E, posisi barat ke arah Desa Teratai masuk wilayah Kecamatan Keramat Watu, sedangkan posisi utara terbentang samudera atau teluk Banten. Seblah selatan letak Keroya, Kasunyatan dan deretan kampung-kampung dalam Kecamatan Kasemen, kini wilayah Kota Serang. Posisi timur adalah sepanjang wilayah Sawah Luhur hingga teluk Pontang.
Daftar Isi
Sejarah Masjid
Masjid Agung Banten didirikan oleh Kanjeng Sultan Hasanuddin Banten di tahun 1553 M, kemudian diteruskan pembangunan masjid tersebut oleh Sultan Maulana Yusuf hingga masa pembangunan menelan waktu hampir 10 tahun lamanya dan diresmikan pemanfaatannya pada 1566 M. Masjid Agung ini tidak dinamai layaknya masjid pada umumnya, meskipun itu ada mungkin akan sulit ditemukan sumber yang menyatakan nama masjid agung tersebut.
Masa pembangunan masjid agung memang cukup lama, sebab bahan material masjid tidak mudah didapatkan di wilayah Surosowan dan sekitarnya. Raden Sepat dari Demak dalam hal ini selaku yang memimpin pelaksanaan pembangunan masjid, benar-benar teliti dalam setiap penempatan bangunan.
Desain masjid ini memiliki pengaruh agama dan budaya dari Islam, Hindu, Buddha, Tiongkok, dan Belanda. Budaya-budaya tersebut tidak hanya menampilkan nilai dan gayanya pada arsitektur masjid, tetapi juga berbaur dengan baik dengan budaya Jawa. Misalnya, ada perpaduan unsur arsitektur Hindu dan Jawa yang terdiri dari konstruksi bata Belanda.
Adalah orang Belanda, pelarian dari Batavia Hendrick Lucaz Cardeel yang dipercaya oleh Sultan Haji di tahun 1684 untuk menambahkan beberapa bangunan dengan gaya Baroq Eropa seperti pada Menara yang didirikan tegak di depan masjid, kemudian mendirikan bangunan Tiyamah yang mengadopsi bangunan Gereja di Belanda. Hal inilah yang membedakan Masjid Agung Banten dengan masjid tradisional lainnya di Nusantara, karena terdapat perpaduan budaya yang berbeda yang tertanam dalam desain dan elemen arsitekturalnya.
Makna Teologis
Kita melihat batu yang diukir Raden Sepat berbentuk buah Waluh untuk menunjang tiang 24 di dalam masjid, dan 12 tiang di depan paseban masjid. Batu yang diukir seperti buah Waluh itu dimaksud agar siapapun yang masuk masjid tujuannya adalah Wallahi ( demi Allah ), untuk Allah azza wa jalla. Hidup tujuannya ibadah kepada Allah.
Sedangkan 24 tiang yang terbuat dari kayu jati asli mengajarkan kepada kita bahwa hidup itu dalam hitungan 24 jam, dan semuanya untuk Allah. Tempat pengimaman dibuat tidak terlalu tinggi itu dimaksud agar kepala bisa merunduk, bisa khusyuk, tawadlu’ di hadapan Allah robbul Izzati.
Lalu, 12 tiang di depan masjid itu mengajarkan pada kita bahwa dalam hitungan 12 jam dibagi beberapa kegiatan, 4 jam untuk keluarga, 4 jam untuk kepentingan umat, 4 jam untuk istirahat. Adapun jendela depan jumlah 2, di samping masjid terdapat 4 jendela, jadi ada 6 jendela itu diartikan nafas kehidupan berlandaskan 6 rukun iman.
Mihrab di dalam masjid dibuat oleh Cek Ban Ko atau masyhur bernama Cek Ban Cut bergaya tandu puteri kaisar Tiongkok, dan begitu pula pada ujung atap masjid juga bergaya Tiongkok. Adapun atap masjid itu jumlahnya 5 tumpang itu diartikan 5 waktu sholat dan 5 rukun Islam.
Kolam di depan masjid dibangun untuk keperluan wudlu, sekaligus dimaknai bahwa siapapun yang hendak masuk masjid agung Banten harus suci dan bersih, baik suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Kolam ini menunjukkan perhatiannya pada kebersihan hamba yang mau beribadah, bersih lahir dan bersih batin.
Riwayat Arah Kiblat
Menurut Tb. Ismetullah al-Abbas ( almarhum ), arah kiblat Masjid Agung Banten ditentukan oleh para Waliyullah Banten yang dipimpin langsung oleh Maulana Hasanuddin sendiri. Dengan karomahnya, Maulana Hasanuddin cukup dengan mengangkat tangannya dan menunjukan arah kiblat sehingga Ka’bah yang ratusan kilometer jauhnya dapat terlihat jelas melalui perantara Maulana Hasanuddin.
Hal senada juga diungkapkan oleh Obay Sobari yang telah menjelaskan bahwa penentuan arah kiblat Masjid Agung Banten diprakarsai langsung oleh Maulana Hasanuddin dengan kemampuan karomahnya. Meski di kemudian abad berselang timbul perselisihan arah kiblat masjid yang diduga ada pergeseran posisi letak kiblat, adalah Syaikh Asnawi dari Caringin telah membantu menyelesaikan perselisihan tersebut sehingga apa yang pernah dilakukan di abad 16 M lampau oleh Kanjeng Sultan Hasanuddin dengan karomahnya arah kiblat ditentukan, belakangan di awal abad 20 M dengan karomahnya Syaikh Asnawi, arah kiblat ditentukan dengan benar hingga sampai kondisi sekarang.
Keistimewaan Masjid Banten
Dulu, orang-orang Banten yang rumahnya jauh dari tempat masjid agung Banten meniatkan untuk sholat Jum’at, mereka berdatangan pada Kamis sore, agar bisa berziarah dan menginap di masjid. Hal yang istimewa jika bisa ikut sholat Jum’at di masjid agung Banten.
Bahkan ada yang istimewa, bahwa siapa yang sholat Jum’at di masjid agung Banten selama 40 Jum’atan tanpa putus, itu hampir sama ganjarannya dengan ibadah haji ke Mekkah.
Hal ini pernah saya alami di tahun 90-an saat masih kecil, betapa bedanya jika sholat Jum’at itu bisa dilakukan di masjid agung Banten. Ada keinginan kuat di dalam hati untuk pergi ke sana, bisa ziarah dan sholat Jum’at di masjid tersebut.