Parikan atau yang sering disebut pantun dalam bahasa Jawa adalah salah satu bentuk karya sastra tradisional yang memiliki tempat istimewa di tengah masyarakat Jawa. Parikan begitu populer karena bentuknya yang sederhana, mudah diingat, dan dapat dibuat serta diucapkan oleh siapa saja, tanpa memandang umur, tempat, atau latar belakang pendidikan. Karya ini hadir sebagai media ekspresi dalam berbagai suasana, baik itu dalam acara formal, maupun dalam situasi santai atau bercanda.
Daftar Isi:
Apa Itu Parikan?
Dalam bahasa Jawa, parikan adalah unen-unen (ungkapan) yang terdiri dari dua larik atau empat larik. Parikan sering diartikan sebagai bentuk pantun dalam bahasa Jawa, yang biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik dalam situasi serius maupun informal. Bahkan, parikan juga dianggap sebagai salah satu jenis puisi tradisional masyarakat Jawa.
Struktur Parikan
Pada dasarnya, parikan dibagi menjadi dua bagian utama:
- Sampiran: Bagian pertama yang berfungsi sebagai pengantar atau “wadah”. Biasanya, sampiran ini tidak memiliki hubungan langsung dengan makna utama, tetapi menjadi pembuka yang mendukung ritme dan sajak.
- Isi: Bagian kedua yang mengandung makna utama atau inti pesan. Isi inilah yang memberikan penekanan pada pesan yang ingin disampaikan.
Dalam dunia parikan, kedua bagian ini dikenal dengan istilah loro-loroning atunggal atau dwitunggal, yang berarti keduanya tidak bisa berdiri sendiri dan harus hadir bersamaan untuk membentuk satu kesatuan yang utuh.
Jenis-Jenis Parikan
Secara umum, parikan dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jumlah barisnya:
- Parikan Tunggal
- Terdiri dari dua baris.
- Baris pertama adalah sampiran, dan baris kedua adalah isi.
- Parikan Ganda
- Terdiri dari empat baris.
- Dua baris pertama adalah sampiran, dan dua baris selanjutnya adalah isi.
Ciri-Ciri Parikan
Agar lebih mudah memahami parikan atau pantun dalam bahasa Jawa, berikut adalah beberapa ciri-ciri khas yang perlu diperhatikan:
- Terdiri dari dua baris (parikan tunggal) atau empat baris (parikan ganda).
- Masing-masing baris disebut gatra.
- Setiap gatra terdiri dari dua potongan yang dikenal sebagai pedhotan.
- Parikan ganda memiliki dua gatra pertama sebagai sampiran dan dua gatra kedua sebagai isi.
- Setiap pedhotan terdiri dari empat suku kata, yang disebut wanda.
- Sajak yang digunakan dalam parikan adalah sajak silang:
- a-b untuk parikan tunggal.
- a-b-a-b untuk parikan ganda.
Contoh Parikan dalam Bahasa Jawa
Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang parikan, berikut adalah contoh parikan tunggal dalam bahasa Jawa:
Mlaku dhisik ninggal sing keri,
Digawe becik ora niteni
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah: Berbuat baik tetapi tidak diingat. Contoh ini menunjukkan bagaimana parikan menyampaikan pesan moral dengan cara yang sederhana namun tetap sarat makna.
Kesimpulan
Parikan atau pantun dalam bahasa Jawa merupakan bagian dari kekayaan sastra tradisional yang memiliki struktur sederhana namun penuh makna. Dengan memahami ciri-ciri parikan, guru dan orang tua dapat mengajarkannya kepada siswa sebagai bagian dari pelestarian budaya Jawa sekaligus sebagai media belajar yang menyenangkan. Kelebihan parikan terletak pada kemudahannya untuk dipahami dan digunakan oleh semua kalangan, menjadikannya sarana komunikasi yang efektif baik dalam situasi formal maupun informal.
Coba Jawab!
Apa saja jenis-jenis parikan?
Petunjuk: Lihat kembali penjelasan di bagian “Jenis-Jenis Parikan” di atas.
Dengan struktur dan penjelasan ini, FOKUS berharap artikel ini dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang parikan atau pantun dalam bahasa Jawa serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.