Sejarah

Mengapa Banten Memisahkan Diri dari Jawa Barat? Ini Sejarah dan Alasan di Baliknya

×

Mengapa Banten Memisahkan Diri dari Jawa Barat? Ini Sejarah dan Alasan di Baliknya

Sebarkan artikel ini

Banten adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Banten memiliki luas wilayah sekitar 9.662 km2 dan jumlah penduduk sekitar 12 juta jiwa. Banten memiliki sejarah yang panjang dan kaya, mulai dari masa kerajaan Hindu-Buddha, kesultanan Islam, kolonialisme Belanda, hingga kemerdekaan Indonesia.

Namun, tahukah Anda bahwa Banten dulunya adalah bagian dari provinsi Jawa Barat? Ya, Banten baru menjadi provinsi tersendiri pada tahun 2000, setelah melewati perjuangan yang panjang dan penuh liku. Lalu, apa alasan di balik pemisahan Banten dari Jawa Barat? Bagaimana proses terbentuknya provinsi Banten? Dan apa dampaknya bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Banten?

Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengulas sejarah dan alasan mengapa Banten memisahkan diri dari Jawa Barat. Selain itu, artikel ini juga akan memberikan informasi terkini tentang perkembangan dan tantangan yang dihadapi oleh provinsi Banten saat ini.

Sejarah Singkat Provinsi Banten

Sebelum membahas alasan mengapa Banten memisahkan diri dari Jawa Barat, mari kita simak dulu sejarah singkat provinsi Banten. Sejarah Banten tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kesultanan Banten, yang merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Nusantara.

Masa Kerajaan Hindu-Buddha

Banten pertama kali muncul dalam catatan sejarah pada abad ke-5 Masehi, ketika wilayah ini masih menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Pada abad ke-7 Masehi, Tarumanagara pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, salah satunya adalah Kerajaan Sunda.

Kerajaan Sunda kemudian berkembang menjadi kerajaan besar yang menguasai sebagian besar wilayah Jawa Barat dan Banten saat ini. Pada abad ke-11 Masehi, Kerajaan Sunda membangun ibu kotanya di Pakuan Pajajaran (sekarang Bogor). Pada masa ini, Kerajaan Sunda mencapai puncak kejayaannya dengan menjalin hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara dan Cina.

Masa Kesultanan Islam

Pada abad ke-13 Masehi, agama Islam mulai masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan. Salah satu daerah yang pertama kali menerima Islam adalah pelabuhan Banten, yang merupakan salah satu pusat perdagangan internasional saat itu. Pelabuhan Banten menjadi pintu masuk bagi para pedagang, ulama, dan misionaris Islam dari Gujarat, Persia, Arab, dan Cina.

Pada tahun 1526, Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati (salah satu Wali Songo), mendirikan Kesultanan Banten dengan menggulingkan penguasa Hindu terakhir di Banten, yaitu Prabu Surawisesa. Maulana Hasanuddin kemudian memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan sebagian besar wilayah Jawa Barat dan sebagian wilayah Jawa Tengah.

Kesultanan Banten mencapai puncak keemasannya pada abad ke-16 hingga ke-17 Masehi, ketika berhasil mengalahkan Kesultanan Demak, Kesultanan Mataram, dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dalam berbagai pertempuran. Kesultanan Banten juga menjadi pusat penyebaran Islam di Nusantara, terutama di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Masa Kolonialisme Belanda

Pada abad ke-18 Masehi, Kesultanan Banten mulai mengalami kemunduran akibat persaingan dagang dengan VOC dan konflik internal. Pada tahun 1808, Gubernur Jenderal VOC Herman Willem Daendels menghapuskan kesultanan Banten dan menjadikannya sebagai bagian dari Hindia Belanda. Sultan Banten terakhir, yaitu Sultan Muhammad Syafiuddin, ditangkap dan dibuang ke Ambon.

BACA JUGA:  Rampak Bedug: Tarian Khas Banten yang Penuh Makna dan Sejarah

Pada masa penjajahan Belanda, Banten menjadi salah satu daerah yang paling menderita akibat eksploitasi dan penindasan. Banten juga menjadi salah satu daerah yang paling aktif dalam perjuangan melawan penjajah, baik melalui jalur militer maupun sipil. Beberapa tokoh perjuangan dari Banten antara lain adalah KH Ahmad Dahlan, KH Zainul Arifin, KH Wahid Hasyim, KH Mas Mansyur, dan KH Tubagus Ahmad Bakri.

Masa Kemerdekaan Indonesia

Pada masa kemerdekaan Indonesia, Banten menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat. Namun, sejak awal kemerdekaan, masyarakat Banten sudah memiliki aspirasi untuk memisahkan diri dari Jawa Barat dan membentuk provinsi sendiri. Aspirasi ini didasarkan pada beberapa alasan, antara lain:

  • Banten memiliki sejarah, budaya, dan identitas yang berbeda dengan Jawa Barat.
  • Banten merasa tidak mendapatkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dari pemerintah pusat dan provinsi Jawa Barat.
  • Banten merasa berhak mendapatkan status daerah istimewa, mengingat peran dan jasanya dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Perjuangan untuk memisahkan Banten dari Jawa Barat dimulai sejak tahun 1950-an oleh tokoh-tokoh seperti Embay Mulya Syarif, R. Syamsudin, dan KH Tubagus Ahmad Bakri. Namun, perjuangan ini mengalami banyak hambatan dan penolakan dari pemerintah pusat maupun provinsi Jawa Barat.

Perjuangan ini baru mendapatkan momentum pada era reformasi tahun 1998, ketika terjadi desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia. Pada tahun 1999, DPR RI mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Pada tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid menandatangani Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten.

Pada tanggal 4 Oktober 2000, provinsi Banten resmi berdiri sebagai provinsi ke-30 di Indonesia. Pada tanggal 17 November 2000, provinsi Banten menggelar pemilihan kepala daerah pertamanya. Pasangan Atut Chosiyah dan Ratu Atut Chosiyah terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Banten periode 2001-2006.

Perkembangan dan Tantangan Provinsi Banten

Setelah menjadi provinsi tersendiri, Banten mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai bidang. Beberapa indikator perkembangan provinsi Banten antara lain adalah:

  • Pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi provinsi Banten pada tahun 2020 mencapai 5,02 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 2,07 persen. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi Banten mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
  • Peningkatan pendapatan per kapita. Menurut data BPS, pendapatan per kapita provinsi Banten pada tahun 2020 mencapai Rp 63,8 juta per tahun, lebih tinggi dari pendapatan per kapita nasional yang hanya Rp 55 juta per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi Banten memiliki daya beli yang kuat dan kesejahteraan yang meningkat.
  • Peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM). Menurut data BPS, IPM provinsi Banten pada tahun 2020 mencapai 72,88 persen, lebih tinggi dari IPM nasional yang hanya 71,92 persen. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi Banten memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik dalam hal pendidikan, kesehatan, dan penghasilan.
  • Peningkatan infrastruktur dan konektivitas. Provinsi Banten memiliki beberapa infrastruktur strategis yang mendukung mobilitas dan aktivitas masyarakat, seperti Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Merak, Jalan Tol Jakarta-Merak, Jalan Tol Serpong-Balaraja, dan Kereta Api Commuter Line. Selain itu, provinsi Banten juga terhubung dengan provinsi-provinsi lain melalui jalur darat, laut, dan udara.
BACA JUGA:  Jenis dan Ciri Khas Batik Banten - Sejarah Seni dan Budaya Banten

Namun, di samping perkembangan yang positif, provinsi Banten juga menghadapi beberapa tantangan yang harus diatasi. Beberapa tantangan provinsi Banten antara lain adalah:

  • Ketimpangan pembangunan antara wilayah utara dan selatan. Wilayah utara provinsi Banten, yang meliputi Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon, memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah selatan provinsi Banten, yang meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang. Hal ini menyebabkan adanya kesenjangan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur antara kedua wilayah tersebut.
  • Masalah lingkungan hidup dan bencana alam. Provinsi Banten memiliki beberapa potensi bencana alam yang mengancam keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan kebakaran hutan. Selain itu, provinsi Banten juga mengalami masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh pencemaran udara, air, dan tanah akibat aktivitas industri, pertanian, dan permukiman.
  • Masalah sosial dan budaya. Provinsi Banten memiliki keragaman sosial dan budaya yang tinggi, yang mencerminkan sejarah dan identitasnya sebagai daerah yang pernah menjadi pusat peradaban Islam di Nusantara. Namun, keragaman ini juga menimbulkan beberapa masalah sosial dan budaya yang harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat Banten. Beberapa masalah tersebut antara lain adalah intoleransi agama, konflik antar-etnis, kekerasan seksual, narkoba, radikalisme, dan pelestarian warisan budaya.

Kesimpulan

Provinsi Banten adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Banten dulunya adalah bagian dari provinsi Jawa Barat sebelum memisahkan diri pada tahun 2000. Alasan mengapa Banten memisahkan diri dari Jawa Barat adalah karena Banten memiliki sejarah, budaya, dan identitas yang berbeda dengan Jawa Barat; Banten merasa tidak mendapatkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dari pemerintah pusat dan provinsi Jawa Barat; dan Banten merasa berhak mendapatkan status daerah istimewa.

Setelah menjadi provinsi tersendiri, Banten mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai bidang. Namun, Banten juga menghadapi beberapa tantangan yang harus diatasi untuk mencapai visi dan misinya sebagai provinsi yang maju dan sejahtera.

FAQ

Apa saja potensi wisata di provinsi Banten?

Provinsi Banten memiliki banyak potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun internasional. Beberapa potensi wisata tersebut antara lain adalah:

  • Wisata sejarah dan religi. Provinsi Banten memiliki beberapa situs sejarah dan religi yang berkaitan dengan masa kejayaan Kesultanan Banten. Beberapa situs tersebut antara lain adalah Masjid Agung Banten (masjid tertua di Indonesia), Keraton Surosowan (istana kesultanan Banten), Makam Sultan Maulana Hasanuddin (pendiri kesultanan Banten), Makam Sunan Gunung Jati (salah satu Wali Songo), Makam Syekh Nawawi Al-Bantani (ulama besar asal Banten), dan Makam Syekh Yusuf Al-Makassari (ulama besar asal Sulawesi Selatan yang wafat di Banten).
  • Wisata alam dan pantai. Provinsi Banten memiliki banyak keindahan alam dan pantai yang menawarkan pemandangan yang mempesona dan aktivitas yang menyenangkan. Beberapa keindahan alam dan pantai tersebut antara lain adalah Gunung Krakatau (gunung berapi aktif yang terletak di Selat Sunda), Pulau Umang (pulau eksotis yang terletak di Kabupaten Pandeglang), Pulau Sangiang (pulau vulkanik yang terletak di Kabupaten Serang), Pantai Anyer (pantai berpasir putih yang terletak di Kabupaten Serang), Pantai Carita (pantai berpasir putih yang terletak di Kabupaten Pandeglang), Pantai Tanjung Lesung (pantai berpasir putih yang terletak di Kabupaten Pandeglang), dan Pantai Sawarna (pantai berpasir putih yang terletak di Kabupaten Lebak).
  • Wisata kuliner dan belanja. Provinsi Banten memiliki banyak kuliner dan produk khas yang dapat dinikmati dan dibeli oleh wisatawan. Beberapa kuliner dan produk khas tersebut antara lain adalah Sate Bandeng (sate ikan bandeng yang dibumbui dengan bumbu kacang dan kecap), Rabeg (masakan daging kambing atau sapi yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah-rempah), Sayur Besan (masakan sayuran yang dimasak dengan santan dan bumbu kuning), Dodol Betawi (makanan manis yang terbuat dari tepung beras, gula merah, dan santan), Kerupuk Banten (kerupuk yang terbuat dari tepung tapioka, ikan, dan bumbu-bumbu), Kain Baduy (kain tenun tradisional yang dibuat oleh suku Baduy di Kabupaten Lebak), dan Kerajinan Rotan (kerajinan tangan yang terbuat dari rotan).
BACA JUGA:  Pengusul Kebijakan Politik Balas Budi di Indonesia

Bagaimana cara mengunjungi provinsi Banten?

Provinsi Banten dapat dijangkau dengan mudah melalui berbagai moda transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Berikut adalah beberapa cara untuk mengunjungi provinsi Banten:

  • Melalui jalur udara. Provinsi Banten memiliki satu bandara internasional, yaitu Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang terletak di Kota Tangerang. Bandara ini melayani penerbangan domestik maupun internasional dari dan ke berbagai kota di Indonesia dan dunia. Dari bandara ini, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke wilayah lain di provinsi Banten dengan menggunakan taksi, bus, kereta api, atau kendaraan sewa.
  • Melalui jalur laut. Provinsi Banten memiliki dua pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Merak. Pelabuhan Tanjung Priok terletak di Jakarta Utara dan merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia. Pelabuhan ini melayani pelayaran barang maupun penumpang dari dan ke berbagai kota di Indonesia dan dunia. Dari pelabuhan ini, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke wilayah lain di provinsi Banten dengan menggunakan taksi, bus, kereta api, atau kendaraan sewa. Pelabuhan Merak terletak di Kota Cilegon dan merupakan pelabuhan penyeberangan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pelabuhan ini melayani pelayaran penumpang maupun kendaraan dari dan ke Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Dari pelabuhan ini, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke wilayah lain di provinsi Banten dengan menggunakan taksi, bus, kereta api, atau kendaraan sewa.
  • Melalui jalur darat. Provinsi Banten dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun umum melalui jalan tol maupun jalan arteri. Jalan tol Jakarta-Merak menghubungkan Jakarta dengan Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Pelabuhan Merak. Jalan tol Serpong-Balaraja menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lebak. Jalan arteri menghubungkan wilayah-wilayah lain di provinsi Banten yang tidak dilalui oleh jalan tol, seperti Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Pulau Sangiang. Kendaraan umum yang dapat digunakan untuk mengunjungi provinsi Banten melalui jalur darat antara lain adalah bus, travel, angkot, ojek, dan becak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *