Kunci Jawaban Soal Modul 1.1.g: Instruksi Penugasan Kelompok Ruang Kolaborasi Guru Penggerak

fokus edukasi
Pendidikan

Selamat datang di artikel terbaru kami yang berjudul Kunci Jawaban Soal Modul 1.1.g Materi Instruksi Penugasan Kelompok Ruang Kolaborasi Guru Penggerak. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang berbagai instruksi penugasan kelompok yang terdapat dalam modul Ruang Kolaborasi Guru Penggerak. Artikel ini tidak hanya menjawab soal-soal dalam modul tersebut, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah yang dapat diaplikasikan dalam penguatan karakter murid.

Pada Modul 1.1.g, para pendidik diajak untuk bekerja sama dalam mengenali dan mengeksplorasi kekuatan konteks sosio-kultural di daerah masing-masing. Hal ini dilakukan untuk menebalkan laku murid sebagai individu dan anggota masyarakat, sekaligus mengimplementasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pembelajaran. Dalam Ruang Kolaborasi, peserta didik dan pengajar memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman, guna menciptakan pembelajaran yang lebih berpihak pada murid.

Baca juga: Ki Hadjar Dewantara Meyakini Bahwa Proses Belajar Harus Selaras dengan Kodrat Anak Pada Tiap Periode Usia Anak

Artikel ini juga akan membahas berbagai pendekatan sosiokultural dalam pendidikan, yang bertujuan untuk mengatasi kesenjangan belajar antara kelompok-kelompok sosial dan budaya yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan para pendidik dapat menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah masing-masing. Mari kita eksplorasi lebih lanjut dalam artikel Kunci Jawaban Soal Modul 1.1.g Materi Instruksi Penugasan Kelompok Ruang Kolaborasi Guru Penggerak ini.

Tujuan Pembelajaran

Mengenali Nilai Luhur Kearifan Budaya Daerah

Tujuan pembelajaran khusus di Ruang Kolaborasi ini adalah agar peserta mampu mengenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan untuk penguatan karakter murid. Karakter ini penting baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Ruang Kolaborasi memberikan kesempatan bagi Anda untuk berkolaborasi dengan sesama CGP (Calon Guru Penggerak) dalam memahami nilai-nilai luhur ini. Tujuannya adalah menebalkan laku murid dan menuntun kekuatan kodrat murid yang bisa diimplementasikan pada konteks lokal (budaya) daerah asal Anda.

Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Hasil kolaborasi dalam mengenali nilai-nilai luhur kearifan budaya ini menjadi dasar pengetahuan dan pengalaman baru. Ini juga merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Penugasan Kelompok

Eksplorasi Nilai Luhur Sosial Budaya

Para pendidik akan bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk mengeksplorasi nilai-nilai luhur sosial budaya di daerah asal mereka. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk menebalkan konteks diri (kekuatan kodrat) murid sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Indonesia memiliki keberagaman sosial budaya yang dapat menjadi kekuatan. Berikut adalah instruksi penugasan kelompok Modul 1.1.g:

  1. Membentuk Kelompok
    • Para pendidik diminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan jumlah CGP yang diampu oleh Fasilitator.
  2. Diskusi Pertanyaan Pemantik
    • Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
    • Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
BACA JUGA :  Kunci Jawaban Modul 2 PGP: Pernyataan Manakah yang Paling Tepat untuk Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pendekatan Sosiokultural dalam Pendidikan

Mengatasi Kesenjangan Belajar

Dalam pendidikan, pendekatan sosiokultural sering digunakan untuk mengatasi kesenjangan belajar yang ada antara kelompok-kelompok sosial dan budaya yang berbeda. Di artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah.

Implementasi di Kelas

Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.

Pada penerapan pembelajaran dengan teori belajar sosiokultural, guru berfungsi sebagai:

  • Motivator: Memberikan rangsangan agar siswa aktif dan memiliki gairah untuk berpikir.
  • Fasilitator: Membantu menunjukkan jalan keluar bila siswa menemukan hambatan dalam proses berpikir.
  • Manager: Mengelola sumber belajar.

Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?

Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah saya yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) terletak pada beberapa aspek kunci yang dapat mendukung pembentukan karakter murid dan penguatan identitas budaya lokal. Berikut adalah beberapa kekuatan tersebut:

1. Nilai Gotong Royong

Daerah saya sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong. Tradisi ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kerja sama, yang sejalan dengan pemikiran KHD tentang pentingnya pendidikan berbasis komunitas. Gotong royong mengajarkan murid tentang pentingnya bekerja bersama, saling membantu, dan menghargai kontribusi setiap individu dalam mencapai tujuan bersama.

2. Keberagaman Budaya

Konteks sosio-kultural di daerah saya kaya akan keberagaman budaya. Keberagaman ini mencakup bahasa, adat istiadat, tarian, musik, dan kuliner yang unik. Menurut KHD, pendidikan harus berpihak pada murid dengan menghargai latar belakang budaya mereka. Dengan memperkenalkan dan mengintegrasikan keberagaman budaya dalam pembelajaran, murid dapat mengembangkan rasa bangga dan penghargaan terhadap identitas budaya mereka sendiri dan budaya orang lain.

3. Penghormatan terhadap Orang Tua dan Guru

Di daerah saya, penghormatan terhadap orang tua dan guru adalah nilai yang dijunjung tinggi. Tradisi ini sejalan dengan pemikiran KHD tentang pentingnya peran guru dan orang tua dalam pendidikan karakter murid. Dengan menanamkan nilai-nilai penghormatan ini, murid diajarkan untuk menghargai otoritas, mendengarkan nasehat, dan menunjukkan sikap hormat yang akan membentuk karakter mereka menjadi individu yang berakhlak baik.

4. Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat

Daerah saya memiliki kekayaan tradisi lisan dan cerita rakyat yang kaya dengan nilai-nilai moral dan pelajaran hidup. KHD percaya bahwa pendidikan harus memanfaatkan kearifan lokal untuk membentuk karakter murid. Dengan memasukkan cerita rakyat dan tradisi lisan dalam kurikulum, murid dapat belajar tentang nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, dan kebijaksanaan melalui kisah-kisah yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

BACA JUGA :  Kunci Jawaban PMM Latihan Pemahaman dan Rangkuman Materi Modul 3 Coaching untuk Pemimpin di Satuan Pendidikan

5. Kegiatan Adat dan Ritual

Kegiatan adat dan ritual di daerah saya sering kali melibatkan partisipasi seluruh komunitas, yang mencerminkan pentingnya keterlibatan sosial. KHD menekankan pentingnya pendidikan yang memperkuat hubungan sosial dan kerja sama di antara murid. Melalui partisipasi dalam kegiatan adat dan ritual, murid dapat belajar tentang solidaritas, tanggung jawab sosial, dan nilai-nilai kebersamaan yang penting untuk perkembangan karakter mereka.

6. Pendidikan Berbasis Alam

Daerah saya memiliki banyak sumber daya alam yang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Pendidikan berbasis alam adalah salah satu cara untuk mengajarkan murid tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memahami hubungan manusia dengan alam. Pemikiran KHD tentang pendidikan yang kontekstual sangat relevan dengan pendekatan ini, di mana murid diajak untuk belajar dari lingkungan sekitar mereka dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap alam.

Dengan memahami dan mengintegrasikan kekuatan-kekuatan konteks sosio-kultural ini dalam pendidikan, kita dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi murid, sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dapat dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal untuk memperkuat karakter murid sebagai individu dan anggota masyarakat. Berikut adalah cara-cara untuk mengintegrasikan pemikiran KHD dalam konteks lokal sosio-budaya di daerah saya:

1. Pendidikan Berbasis Komunitas

Pemikiran KHD menekankan pentingnya pendidikan yang berpihak pada murid dan berbasis komunitas. Di daerah saya, tradisi gotong royong sangat kuat. Nilai gotong royong dapat dikontekstualkan dalam pendidikan dengan mengajarkan murid pentingnya kerja sama dan kebersamaan. Kegiatan proyek kelompok, kerja bakti sekolah, dan program pengabdian masyarakat dapat diimplementasikan untuk menanamkan semangat gotong royong dalam diri murid.

Baca juga: Kunci Jawaban Platform Merdeka Mengajar (PMM) Pos Test Kurikulum Merdeka Modul 2, Mendidik dan Mengajar

2. Menghargai Keberagaman Budaya

KHD percaya bahwa pendidikan harus menghargai dan mengintegrasikan budaya lokal. Di daerah saya, keberagaman budaya sangat kaya. Pembelajaran dapat dikontekstualkan dengan mengenalkan murid pada berbagai adat istiadat, bahasa daerah, tarian, musik, dan kuliner lokal. Misalnya, murid dapat mempelajari tarian tradisional atau mendalami cerita rakyat setempat. Hal ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tetapi juga menguatkan identitas budaya mereka.

3. Penghormatan Terhadap Orang Tua dan Guru

Dalam tradisi lokal, penghormatan terhadap orang tua dan guru sangat dijunjung tinggi. Pemikiran KHD yang menekankan peran guru sebagai orang tua kedua di sekolah dapat dikontekstualkan dengan memperkuat hubungan antara murid, guru, dan orang tua. Program mentoring, kegiatan “guru teladan”, dan sesi sharing pengalaman hidup bisa menjadi cara untuk memperkuat nilai penghormatan ini dalam keseharian murid.

BACA JUGA :  Kunci Jawaban Terbaru Pelatihan IKM Pintar Kemenag Modul 4.28

4. Pemanfaatan Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat

KHD percaya bahwa pendidikan harus menggunakan kearifan lokal sebagai sarana pembelajaran. Tradisi lisan dan cerita rakyat di daerah saya mengandung banyak nilai moral dan etika. Guru dapat menggunakan cerita rakyat dalam pelajaran untuk mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, dan kebijaksanaan. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Indonesia, murid bisa diminta untuk menulis ulang atau mementaskan cerita rakyat dengan pesan moral yang relevan.

5. Kegiatan Adat dan Ritual dalam Pembelajaran

Partisipasi dalam kegiatan adat dan ritual dapat menjadi bagian dari pendidikan karakter. Murid dapat diajak untuk ikut serta dalam kegiatan adat seperti upacara adat, festival budaya, atau perayaan hari besar lokal. Melalui partisipasi ini, mereka dapat belajar tentang tanggung jawab sosial, solidaritas, dan pentingnya menjaga tradisi. Ini sejalan dengan pemikiran KHD yang menekankan pentingnya keterlibatan sosial dalam pendidikan.

6. Pendidikan Berbasis Alam

Pemikiran KHD sangat menekankan pentingnya belajar dari lingkungan sekitar. Di daerah saya yang kaya akan sumber daya alam, pendidikan berbasis alam bisa diimplementasikan dengan kegiatan luar ruangan seperti berkebun, studi ekosistem lokal, atau kegiatan konservasi lingkungan. Murid diajak untuk memahami hubungan manusia dengan alam dan tanggung jawab mereka dalam menjaga lingkungan.

7. Mengintegrasikan Nilai-nilai Luhur dalam Kurikulum

Kurikulum sekolah dapat disusun sedemikian rupa sehingga mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya lokal. Misalnya, dalam mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), murid dapat belajar tentang nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan kebersamaan melalui contoh-contoh nyata dari budaya lokal. Hal ini membantu murid memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan cara-cara tersebut, pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah. Ini tidak hanya memperkuat karakter murid sebagai individu yang berakhlak mulia tetapi juga sebagai anggota masyarakat yang menghargai dan menjaga warisan budaya mereka.

Kesimpulan

Demikianlah soal dan jawaban Modul 1.1.g mengenai materi instruksi penugasan kelompok ruang kolaborasi. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa membantu Anda dalam proses belajar mengajar. Jangan ragu untuk terus berkolaborasi dan menggali nilai-nilai luhur budaya daerah kita. Selamat belajar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *