Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, senantiasa mengingatkan kita bahwa proses belajar haruslah selaras dengan kodrat anak. Setiap periode usia memiliki kekhususannya sendiri yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran.
Salah satu periode penting adalah Wirama, di mana anak mulai menata masa depannya agar seirama dengan sesama dan semesta. Pada fase ini, mereka dihadapkan pada berbagai keputusan penting yang menguatkan jati diri dan peran mereka di tengah masyarakat.
Bagaimana peran guru dalam mengantarkan anak-anak di periode Wirama?
Pertanyaan ini mengundang kita untuk menyelami filosofi Ki Hadjar Dewantara dan memahami esensi jawaban yang tepat.
Jawaban Tepat:
a. Guru berupaya fokus pada pemberian akses dan penyediaan pengalaman belajar agar anak makin merdeka dalam mengeksplorasi “dunia”nya (diri, sesama, dan lingkungan di dekatnya).
Jawaban ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan kemerdekaan belajar bagi anak. Pada periode Wirama, fokus utama guru adalah membuka ruang bagi anak untuk mengeksplorasi diri, menjalin hubungan dengan sesama, dan memahami dunia di sekitar mereka.
Mengapa jawaban ini tepat?
Memenuhi Kebutuhan Kodrat Anak: Di periode Wirama, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan antusias untuk belajar tentang dunia di sekitar mereka. Memberikan akses kepada berbagai sumber belajar dan pengalaman memungkinkan mereka untuk memuaskan rasa ingin tahu tersebut dan mengembangkan potensi diri secara maksimal.
Mengembangkan Kemandirian: Memberikan kemerdekaan belajar kepada anak membantu mereka untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. Mereka belajar untuk mengambil inisiatif, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Meningkatkan Motivasi Belajar: Ketika anak merasa dihargai dan diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini akan meningkatkan hasil belajar dan membuat proses belajar lebih menyenangkan.
Mempersiapkan Masa Depan: Di periode Wirama, anak-anak mulai memikirkan tentang masa depan mereka. Memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai pilihan dan peluang akan membantu mereka untuk membuat keputusan yang tepat tentang masa depan mereka.
Bagaimana guru dapat menerapkan jawaban ini?
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif: Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan suportif di mana anak-anak merasa bebas untuk mengeksplorasi dan belajar tanpa rasa takut akan kegagalan.
Menyediakan Beragam Sumber Belajar: Guru dapat menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku, teknologi, alat peraga, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Merancang Proyek Belajar yang Bermakna: Guru dapat merancang proyek belajar yang memungkinkan anak-anak untuk berkolaborasi dengan teman-teman mereka, belajar dari pengalaman nyata, dan terlibat dalam kegiatan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Memberikan Bimbingan dan Dukungan: Guru perlu memberikan bimbingan dan dukungan kepada anak-anak saat mereka mengeksplorasi dan belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, menjawab pertanyaan mereka, dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Kesimpulan
Memberikan akses dan penyediaan pengalaman belajar yang merdeka bagi anak-anak di periode Wirama adalah kunci untuk membantu mereka mencapai potensi penuh mereka. Dengan menerapkan filosofi Ki Hadjar Dewantara, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inspiratif di mana anak-anak dapat berkembang menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab.