Di tengah hiruk-pikuk persiapan Pemilu, istilah politik adu domba kembali mengemuka. Politik adu domba adalah strategi lama yang telah digunakan sejak zaman kolonial Belanda, dan sering kali merujuk pada kebijakan Devide et Impera yang dilakukan oleh VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie).
Daftar Isi:
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang arti adu domba dan memberikan contoh politik adu domba di Indonesia. Selain itu, kita akan mengulas bagaimana penerapan politik devide et impera oleh VOC di Indonesia, serta apa akibat dari politik adu domba yang dilakukan terhadap Indonesia.
Mengutip sumber terpercaya, kita akan menjelaskan arti adu domba serta memberi beberapa contoh kalimat yang dapat membantu pembaca memahami konsep ini lebih baik. Seiring dengan pembahasan ini, kita juga akan melihat unsur-unsur praktik politik adu domba, bagaimana hal ini memecah belah masyarakat, dan mengapa strategi ini masih relevan hingga saat ini.
Dengan memahami sejarah dan dampaknya, diharapkan kita dapat mencegah praktik adu domba ini terulang kembali, terutama menjelang tahun politik yang penuh tantangan. Selamat membaca dan semoga artikel ini memberikan wawasan yang bermanfaat tentang politik adu domba di Indonesia.
Apa Itu Politik Adu Domba?
Politik adu domba adalah strategi yang menggabungkan aspek politik, militer, dan ekonomi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara memecah belah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok kecil ini lebih mudah ditaklukkan dan dikendalikan.
Dalam buku Mamonisme karya Maman A. Majid Binfas, dijelaskan bahwa prinsip dasar praktik adu domba adalah memecah belah dengan saling membenturkan kelompok besar yang memiliki pengaruh dan kekuatan signifikan. Selain itu, politik adu domba juga bertujuan mencegah kelompok-kelompok kecil bersatu menjadi sebuah kekuatan besar.
Awal Mula Politik Adu Domba di Indonesia
Jejak politik adu domba di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Ketika pasukan Belanda pertama kali datang ke Nusantara, mereka menggunakan strategi ini untuk kepentingan politik, militer, dan ekonomi guna mempertahankan kekuasaan mereka.
Dalam buku Devide Et Impera: Mengenal Taktik dan Strategi Orang Belanda oleh Kemendikbud, politik adu domba pertama kali diperkenalkan oleh Vereenigde Oost-indische Compagnie (VOC), kongsi dagang terbesar asal Belanda pada abad ke-17. Tujuan utama VOC di Indonesia adalah mencari keuntungan maksimal dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di Nusantara, menguasai jalur perdagangan, dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Asia.
VOC melakukan pendekatan dengan cara make friends and create common enemy, berbaur dengan masyarakat dari berbagai kerajaan di Nusantara sambil menciptakan musuh bersama. Mereka juga bermain di dua sisi, mendukung dua kubu yang saling bertentangan untuk tetap menjaga posisi netral. Hal ini terlihat dalam konflik internal entitas politik di Nusantara.