Imam Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, yang lebih dikenal sebagai Imam An-Nawawi, adalah seorang ulama terkenal yang lahir pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau memiliki perjalanan hidup dan karya yang menginspirasi banyak orang.
Daftar Isi
Artikel ini akan menjelaskan tentang Biografi kehidupan awal Imam An-Nawawi, pendidikannya, pengaruh ulama terhadapnya, serta karya-karya yang beliau tinggalkan.
1. Latar Belakang Keluarga
Imam An-Nawawi dilahirkan dalam keluarga yang saleh dan taat beragama. Ayah beliau terkenal dengan kesalehan dan ketakwaannya, dan beliau menjadi sosok yang mempengaruhi perkembangan spiritual Imam An-Nawawi. Sejak usia dini, Imam An-Nawawi telah mendapatkan pendidikan agama islam yang kuat dari ayahnya.
2. Pendidikan Awal dan Kecerdasan Imam An-Nawawi
Sejak masih anak-anak, Imam An-Nawawi sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Beliau mulai belajar di katatib, tempat di mana anak-anak diajarkan membaca dan menulis, dan beliau bahkan telah hafal Al-Quran sebelum mencapai usia baligh. Keistimewaan dan kecerdasan Imam An-Nawawi menjadi sorotan bagi banyak orang, termasuk ulama terkemuka.
3. Perhatian Ulama Terhadap Imam An-Nawawi
Pada usia sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihat Imam An-Nawawi sedang dipaksa oleh teman-teman sebayanya untuk bermain. Namun, beliau menolak dan menangis karena tidak ingin membuang-buang waktu dalam hal yang tidak bermanfaat. Syaikh tersebut memprediksi bahwa Imam An-Nawawi akan menjadi orang yang paling pintar dan zuhud pada masanya, serta mampu memberikan manfaat besar kepada umat Islam. Dengan adanya perhatian yang semakin besar dari ayah dan guru beliau, Imam An-Nawawi semakin termotivasi untuk terus mengejar ilmu.
4. Rihlah Thalabul Ilmi ke Dimasyq
Setelah mencapai usia 18 tahun, Imam An-Nawawi meninggalkan kampung halamannya, Nawa, dan pergi ke Dimasyq untuk mengejar ilmu. Di kota tersebut, beliau menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama terkemuka. Imam An-Nawawi tinggal di madrasah Ar-Rawahiyyah yang berdekatan dengan Masjid Al-Jami’ Al-Umawiy. Rihlah thalabul ilmi menjadi kegiatan utama beliau, dan beliau sangat rajin dan tekun dalam menuntut ilmu. Bahkan beliau menghadiri hingga dua belas halaqah dalam sehari, serta rajin menghafal banyak hal.
5. Kesungguhan Imam An-Nawawi dalam Menuntut Ilmu
Imam An-Nawawi sangat tekun dan rajin dalam menuntut ilmu. Beliau selalu menuliskan segala sesuatu yang terkait dengan ilmu, baik itu penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Beliau juga mengungguli teman-teman sebayanya dalam hal kecerdasan dan kemampuan menyerap ilmu. Imam An-Nawawi menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan menulis, bahkan seringkali tidak tidur malam karena keterlibatannya dalam ibadah dan menulis.
6. Guru-Guru dan Murid-Murid Imam An-Nawawi
Imam An-Nawawi memiliki hubungan yang erat dengan beberapa ulama terkenal pada masanya. Di antara guru-gurunya adalah Abul Baqa’ An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy, dan Ibnul Firkah. Sementara itu, di antara murid-murid beliau adalah Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi’iy, Abul ‘Abbas Al-Isybiliy, dan Ibnu ‘Abdil Hadi. Hubungan dengan para guru dan murid tersebut memperkuat kedudukan Imam An-Nawawi dalam dunia keilmuan.
7. Perjalanan Haji dan Kembali ke Dimasyq
Pada tahun 651 H, Imam An-Nawawi melakukan ibadah haji bersama ayahnya. Setelah menunaikan ibadah haji, beliau pergi ke Madinah dan tinggal di sana selama satu setengah bulan sebelum akhirnya kembali ke Dimasyq. Kediaman di Madinah memberikan pengaruh yang besar bagi beliau dalam menambah pengetahuan dan keimanan. Setelah kembali ke Dimasyq, Imam An-Nawawi mulai mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah dan menolak untuk menerima gaji sebagai pengajar.
8. Gelar “Muhyiddin” dan Keberatannya
Imam An-Nawawi mendapatkan gelar “Muhyiddin” yang berarti “yang menghidupkan agama”. Namun, beliau sangat membenci gelar ini karena tawadhu’ (sikap rendah hati) yang dimilikinya. Bagi beliau, agama Islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan seseorang yang menghidupkannya. Agama Islam sendiri sudah menjadi bukti yang jelas bagi siapa saja yang meremehkan atau meninggalkannya. Oleh karena itu, Imam An-Nawawi menolak gelar tersebut dan tidak memaafkan orang yang memberikannya.
9. Sifat-Sifat Imam An-Nawawi
Imam An-Nawawi dikenal sebagai sosok yang zuhud, wara’, dan bertaqwa. Beliau hidup dengan sederhana dan qana’ah (cukup dengan apa yang ada). Sebagian besar waktu beliau dihabiskan dalam ketaatan kepada Allah. Beliau seringkali tidak tidur malam untuk beribadah atau menulis karya-karyanya. Selain itu, Imam An-Nawawi juga aktif dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, sesuai dengan tuntunan Islam. Beliau tidak ragu untuk menulis surat berisi nasehat kepada pemerintah dengan bahasa yang halus.
10. Keberanian Imam An-Nawawi dalam Menegakkan Kebenaran
Imam An-Nawawi memiliki sikap yang tegas dan berani dalam menegakkan kebenaran. Pada suatu kesempatan, beliau dipanggil oleh Raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa yang mengandung kedzaliman yang nyata. Meskipun raja menganggap sepele beliau dan berusaha merendahkan martabatnya, Imam An-Nawawi tetap teguh pada prinsipnya. Beliau menolak untuk membubuhkan tanda tangan pada fatwa tersebut. Akibatnya, raja marah dan berencana untuk membunuh beliau, tetapi Allah menghalanginya. Bahkan para pembantu raja pun menyatakan segan terhadap beliau. Sikap berani Imam An-Nawawi ini menjadi contoh bagi kita semua dalam mempertahankan kebenaran.
11. Karya-Karya Ilmiah Imam An-Nawawi
Imam An-Nawawi meninggalkan banyak karya ilmiah yang terkenal dan menjadi rujukan bagi umat Islam hingga saat ini. Beberapa karya terkenal beliau antara lain:
Karya dalam Bidang Hadits
- Riyadhus Shalihin: Kumpulan hadits-hadits shahih yang berisi petunjuk dan nasehat tentang akhlak, ibadah, dan tuntunan hidup yang baik.
- Al-Minhaj fi Syarh Sahih Muslim: Komentar terhadap kitab Sahih Muslim.
Karya dalam Bidang Fiqih
- Al-Majmu’: Kitab yang membahas berbagai masalah fiqih dalam empat madzhab, yang terkenal dengan sebutan “Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab”.
- Rawdhatul Talibin: Kitab fiqih yang membahas berbagai aspek ibadah, termasuk zakat, puasa, dan haji.
Karya dalam Bidang Bahasa
- Al-Adzkar: Kumpulan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan amalan-amalan sunnah lainnya.
- At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an: Kitab yang membahas etika membaca dan menghafal Al-Quran.
Karya dalam Bidang Akhlak
- Kitab Adab Al-Muridin: Buku yang membahas tentang etika dan perilaku seorang murid dalam menuntut ilmu.
12. Pemahaman Aqidah Imam An-Nawawi
Imam An-Nawawi adalah seorang Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mengikuti ajaran aqidah Ahlul Sunnah, yang berlandaskan kepada Al-Quran, hadits-hadits shahih, dan pemahaman salafus shalih (generasi pertama umat Islam). Beliau mengikuti metodologi yang kuat dan selaras dengan mayoritas umat Islam.
13. Penilaian Terhadap Karya-Karya Imam An-Nawawi
Karya-karya Imam An-Nawawi dianggap sangat berharga dan memiliki pengaruh besar dalam dunia keilmuan Islam. Karya-karyanya terkenal karena kecerdasan, kejelasan, dan ketinggian pemikirannya. Maka tidak heran jika karya-karya beliau masih menjadi rujukan utama dalam berbagai disiplin ilmu agama hingga saat ini.
Kesimpulan
Imam Yahya An-Nawawi adalah seorang ulama besar yang hidup pada abad ke-7 H. Beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa sejak usia dini dan sangat tekun dalam menuntut ilmu. Karya-karya beliau, terutama dalam bidang hadits dan fiqih, menjadi sumber rujukan penting bagi umat Islam. Imam An-Nawawi juga dikenal karena sikap tegas dan berani dalam menegakkan kebenaran serta kehidupan yang sederhana dan zuhud. Kehadiran Imam An-Nawawi memberikan inspirasi dan teladan bagi umat Islam dalam menuntut ilmu dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik.
FAQ
Apa yang membuat Imam An-Nawawi begitu terkenal? Imam An-Nawawi terkenal karena kecerdasan dan keuletannya dalam menuntut ilmu, serta karya-karyanya yang terkenal dalam bidang hadits, fiqih, dan akhlak. Karya-karyanya masih menjadi rujukan penting dalam dunia keilmuan Islam.
Apakah Imam An-Nawawi memiliki pengaruh dalam pemahaman aqidah? Imam An-Nawawi merupakan seorang Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mengikuti ajaran aqidah Ahlul Sunnah, yang berlandaskan kepada Al-Quran, hadits-hadits shahih, dan pemahaman salafus shalih. Pemahaman aqidah beliau sesuai dengan mayoritas umat Islam.
Apakah Imam An-Nawawi memiliki pengaruh politik? Imam An-Nawawi tidak terlibat secara langsung dalam politik, namun beliau tidak ragu untuk menegakkan kebenaran dan memberikan nasehat kepada penguasa dengan bahasa yang halus. Beliau aktif dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan tuntunan Islam.
Apa pesan utama yang bisa kita ambil dari kehidupan Imam An-Nawawi? Kehidupan Imam An-Nawawi memberikan inspirasi dalam menuntut ilmu dengan tekun dan rajin. Beliau juga menunjukkan keberanian dalam menegakkan kebenaran, serta hidup dengan sederhana dan zuhud. Pesan utama yang bisa kita ambil adalah pentingnya menjaga akhlak, kesungguhan dalam menuntut ilmu, dan keberanian dalam berjuang untuk kebenaran.